Caraka

Sektor Pariwisata Bersiap Sambut Libur Nataru 2022

×

Sektor Pariwisata Bersiap Sambut Libur Nataru 2022

Sebarkan artikel ini

Pancar.id, Jakarta – Biasanya, dalam momentum Hari Raya Natal dan Tahun Baru (Nataru), permintaan mulai dari sektor sandang dan pangan, transportasi, perhotelan, hingga hiburan akan mengalami kenaikan. Tentunya hal itu bisa menjadi keuntungan tersendiri bagi para pelaku usaha di berbagai bidang tersebut.

Meskipun begitu, dinamika Nataru ini juga membutuhkan kesiapan yang baik dari berbagai pihak, agar dapat berjalan lancar dan memberikan kontribusi yang positif bagi dunia usaha dan perekonomian nasional. Bagi sektor pariwisata misalnya, momen Nataru tentunya menjadi saat yang tepat dalam memperoleh cuan. 

Namun di sisi lain, saat ini ancaman cuaca dan bencana alam menghantui libur Nataru 2022. Pasalnya tak dapat dipungkiri juga bahwa akhir-akhir ini sering terjadi bencana alam. 

Sebagai pemangku kepentingan di sektor pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun menyiapkan kebijakan khusus untuk mengantisipasi masalah selama libur Nataru tahun ini.

“Saat ini, Kemenparekraf sendiri tengah mempersiapkan libur Nataru 2022 yang berfokus pada antisipasi dengan melakukan peningkatan kewaspadaan terhadap ancaman cuaca dan bencana alam seperti banjir, gempa, termasuk juga erupsi Gunung Semeru,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno belum lama ini.

Memang, tak dapat dipungkiri juga bahwa pasca pandemi Covid-19, bisa dikatakan liburan saat ini sebagai momentum liburan yang tepat. Sehingga, hal tersebut membuat permintaan bisnis penunjang ikut terdongkrak naik.

Sektor transportasi udara, misalnya. Pemerintah memprediksi pada periode Nataru kali ini, jumlah penumpangnya akan mencapai 3,62 juta penumpang, atau tumbuh sebesar 52,7 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Untuk menangkap peluang itu, sejumlah maskapai penerbangan pun sudah berancang-ancang dengan menambah armada. Tak hanya lalu lintas udara, diperkirakan jalur darat juga akan bertambah padat. 

Berdasarkan data dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, sepanjang periode Nataru, diperkirakan akan ada 2,73 juta kendaraan yang keluar dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) saat arus mudik. 

Kemudian sebanyak 2,71 juta kendaraan juga diperkirakan masuk ke Jabodetabek selepas libur Nataru. Selain menyiapkan infrastruktur transportasi, rekayasa lalu lintas juga tentunya akan dilakukan termasuk dengan memberlakukan pelarangan kendaraan logistik pada periode tertentu.

Baca: Menparekraf: Jangan Ragu Berwisata di Indonesia

Di sisi lain, libur Nataru juga diperkirakan akan menghabiskan konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM). Bahkan menurut data dari PT Pertamina Niaga menyebutkan, konsumsi BBM jenis Pertalite diperkirakan akan naik sebesar 4,5 persen atau menjadi 84.275 kiloliter per hari. Sedangkan untuk konsumsi solar akan turun sebesar 5 persen menjadi 47.299 kiloliter per hari.

Meskipun begitu, PT Pertamina Patra Niaga yang merupakan anak usaha PT Pertamina (Persero) menegaskan bahwa stok Pertalite, Solar, dan Biosolar masih mencukupi untuk memenuhi kenaikan permintaan tersebut. Kendati demikian, hal terpenting yang harus dilakukan saat ini adalah menjamin kelancaran distribusi. 

Sehingga dengan demikian, stoknya pun dapat dioptimalkan. Sementara dari sisi perhotelan, okupansi kamar juga sangat memungkinkan mengalami pertumbuhan selama perayaan Nataru. Terutama bagi hotel atau penginapan yang berada di daerah tujuan wisata.

Bali Tourism Board, misalnya. Mereka meramalkan, okupansi hotel di Pulau Dewata akan tumbuh 70 persen selama perayaan Nataru. Jika mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Oktober 2022, tingkat hunian hotel di Bali sendiri memang baru mencapai 46,28 persen di semua kelas hotel.

Kendati belum mampu kembali seperti pra-pandemi, akan tetapi pemulihan ekonomi yang bergerak positif saat ini digadang-gadang bisa terus memompa kunjungan wisatawan ke Bali. Tentunya asumsi itu dilakukan bukan tanpa dasar. Pendapat dari Chief Marketing Officer Traveloka, Shirley Lesmana seolah mengkonfirmasi tren tersebut. 

Menurutnya, tren liburan akhir tahun dan awal 2023 memang mengarah ke Pulau Dewata atau destinasi favorit lain di Indonesia. Selain Bali dan destinasi lokal lain, Shirley juga mengatakan bahwa masyarakat Indonesia saat ini mulai memilih berwisata ke negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. 

Namun pandemi Covid-19 telah mengubah tren pariwisata di Indonesia hingga membuat masyarakat Indonesia lebih memilih wisata domestik dibandingkan dengan internasional.

Menurutnya, kondisi tersebut sejalan dengan laporan dari Google, Bain dan Temasek e-Conomy SEA 2022 yang menyebutkan bahwa sektor perjalanan menunjukkan tren pemulihan secara bertahap dan akan mencapai pemulihan penuh pada 2023 dan 2024 mendatang.

Laporan itu juga turut menyebutkan, perjalanan domestik menunjukkan tren pemulihan yang lebih cepat dengan pemesanan hotel di Asia Tenggara yang mencapai hampir 80 persen, sama seperti level sebelum pandemi. 

Sementara dalam data internal Traveloka pada kuartal III-2022 juga terdapat peningkatan pemesanan hingga lima kali lipat untuk perjalanan destinasi internasional.

Baca: Bali Disiapkan Jadi Destinasi Wisata Kesehatan

Sebaliknya, untuk pemesanan perjalanan domestik naik lebih dari 30 persen. Secara keseluruhan, pemesanan tiket pesawat juga mengalami peningkatan hingga empat kali dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Tren berwisata ke Pulau Dewata Bali selama libur akhir tahun itu juga ternyata sejalan dengan laju peningkatan pergerakan penumpang pesawat di Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar. 

General Manager PT Angkasa Pura (AP) I Bandara I Gusti Ngurah Rai, Handy Heryudhitiawan menjelaskan bahwa arus penumpang Bandara I Gusti Ngurah Rai terus tumbuh seiring dengan pemulihan pariwisata. Kondisi itu turut ditopang dengan adanya pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang dilaksanakan pada November 2022 lalu. 

Menurutnya, pergerakan penumpang di Bandara I Gusti Ngurah Rai terbanyak, masih didominasi dari penerbangan domestik dengan jumlah penumpangnya yang mencapai 7,08 juta orang. Sedangkan untuk kedatangan internasional sebanyak 3,7 juta penumpang.

Tercatat hingga November 2022, Bandara I Gusti Ngurah Rai telah melayani 24 rute internasional dan 21 rute domestik. Rute internasional ke Bali juga terus bertambah, dan yang terbaru untuk penerbangan Hongkong-Denpasar yang dilayani oleh maskapai Cathay Pacific. Sehingga jumlah totalnya ada 24 rute internasional dari 14 negara. Hal ini tentunya akan menambah jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) datang ke Bali.

Handy juga mencatatkan, untuk penumpang internasional paling banyak, berasal dari Australia dengan jumlah totalnya sebanyak 194.210 penumpang selama periode Januari s.d November 2022. Selanjutnya ditempati Singapura sebanyak 162.328 penumpang dan Malaysia sebanyak 83.448 penumpang.

Selanjutnya, untuk Warga Negara Asing (WNA) dengan jumlah kedatangan tertinggi di Pulau Bali yang terjadi pada November 2022 meliputi WNA Australia sebanyal 75.586 orang, WNA India sebanyak 26.488 orang, dan WNA Singapura sebanyak 21.806 orang.

Kemudian untuk penerbangan domestik, rute tertinggi berasal dari Jakarta yakni sebanyak 408.464 penumpang, disusul Surabaya sebanyak 83.961 penumpang, dan Makassar sebanyak 40.292 orang penumpang.

Handy menjelaskan bahwa Bandara I Gusti Ngurah Rai sendiri telah menargetkan 12 juta penumpang sepanjang tahun 2022. Ia pun mengaku optimis, target tersebut bisa terlampaui dikarenakan ada musim libur Nataru yang menjadi momentum kenaikan penumpang ke Bandara I Gusti Ngurah Rai.

Selain itu juga, dengan adanya rencana penambahan rute oleh beberapa maskapai yang jika terealisasikan, maka akan semakin memicu pertumbuhan penumpang di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!