Caraka

Kala Perkebunan Indonesia Menjelma Jadi Etalase Dunia

×

Kala Perkebunan Indonesia Menjelma Jadi Etalase Dunia

Sebarkan artikel ini

Pancar.id, Jakarta – Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan bahwa perkebunan merupakan salah satu penopang ekspor pertanian Indonesia dengan capaian totalnya sebesar Rp485,16 triliun, atau naik 7,29 persen apabila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021.

Dalam arahannya saat peluncuran corporate identity Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian (Kementan) sebagai lambang era baru perkebunan Indonesia di Kota Bogor beberapa waktu lalu, Syahrul mengatakan bahwa pihaknya harus fokus dan terarah dalam membangun perkebunan. 

“Perkebunan itu harus punya prioritas terhadap komoditas yang akan ditingkatkan. Oleh karena itulah, efisiensi pemanfaatan sumber dayanya harus terukur untuk menetapkan target dan tujuan. Selain itu, semua petani juga harus bersatu dalam corporate ini,” ungkap Syahrul belum lama ini

Dalam kesempatan itu, Syahrul mengingatkan bahwa perkebunan Indonesia merupakan etalase dunia yang memiliki kekuatan besar terhadap tumbuh kembangnya ekonomi bangsa. Oleh sebab itulah, semua produk kopi, cokelat, maupun komoditas lain itu diharapkan selalu ada di semua pasar dunia.

“Saya yakin, perkebunan Indonesia akan menjadi perkebunan yang paling hebat besok. Karena, Perkebunan Indonesia juga merupakan etalase bagi semua perusahaan di dunia yang menyediakan kopi cokelat dari Indonesia,” katanya.

Syahrul juga menyebutkan, sistem ketahanan pangan Indonesia diakui dunia sebagai salah satu sistem terbaik di antara 114 negara tropis di dunia. Berdasarkan pengakuan FAO, badan tertinggi di dunia di bidang pertanian, menyebutkan bahwa apa yang Indonesia lakukan adalah salah satu contoh terbaik sistem ketahanan pangan yang ada khususnya pada negara tropis.

“Kedepannya, pengelolaan dan pengembangan sektor perkebunan ini harus dilakukan lebih baik agar bisa menjawab semua tantangan, karena perkebunan Indonesia juga dibutuhkan dunia. Artinya, ke depannya juga tidak boleh lagi dengan cara seperti kemarin, sebab saat ini dunia sedang tidak baik-baik saja dan perkebunan Indonesia dibutuhkan oleh dunia,” ucapnya.

Sehingga, lanjut Syahrul, perkebunan Indonesia harus bisa lebih fokus, akseleratif, dan harus selangkah lebih maju dengan memanfaatkan semua ruang dan peluang yang ada untuk menjawab tantangan.

Baca: Menengok Keindahan Kepulauan Widi yang Akan Dilelang di Situs Asing

Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementan, Andi Nur Alam Syah menambahkan bahwa saat ini terdapat tujuh program prioritas yang menjadi reorientasi ke depan diantaranya, Logistik Benih Perkebunan (BUN500) yang terdiri dari penguatan nursery dan perbenihan mandiri. 

“Kami mempunyai program Perkebunan Partisipatif atau PASTI yang terdiri dari peningkatan kapasitas usaha kelapa genjah pandan wangi. Kemudian ada juga program Pabrik Mini Minyak Goreng atau Pamigo dan program Ekosistem Perkebunan (Eksis) melalui Korporasi Kopi (Java Preanger Lestari Mandiri-JPLM),” tambah Nur Alam.

Nur Alam menuturkan, selanjutnya ada Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) melalui program kelapa sawit tumpang sari tanaman pangan (Kesatria). Ia pun menegaskan, inilah saatnya bagi Indonesia untuk membangun kekuatan bersama melalui subsektor perkebunan yang jauh lebih maju, mandiri, dan modern.

“Kami percaya perkebunan merupakan mata rantai harmonis yang selaras dengan harapan masyarakat dan bangsa Indonesia. Jadi, inilah saatnya untuk perkebunan agar bisa membangun kekuatan untuk menjawab tantangan ke depan,” tuturnya.

Sementara dalam laporannya Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, komoditas perkebunan saat ini menjadi andalan bagi perekonomian nasional dan salah satu penyumbang terbesar devisa negara Indonesia di tengah pandemi Covid-19. 

Hal itu sendiri dapat dilihat dari nilai ekspor komoditas perkebunan pada 2020, yang secara total nilai ekspor perkebunannya mencapai 28,24 miliar US Dollar atau setara dengan Rp410,76 triliun. Sedangkan berdasarkan data Produk Domestik Bruto (PDB), subsektor perkebunan pada 2020 tumbuh 1,33 persen (yoy). 

Di sisi lain, kontribusi nasional pada subsektor perkebunan terhadap perekonomian nasional juga semakin meningkat, sehingga diharapkan dapat memperkokoh pembangunan perkebunan secara menyeluruh. Kemudian agar informasi perkebunan ini dapat tersebar secara luas, maka setiap tahun diterbitkan Buku Statistik Perkebunan.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!