Humaniora

Darmawan Denassa, Pendiri RHD Sekaligus Pegiat Literasi Hayati dan Konservasi dari Gowa

×

Darmawan Denassa, Pendiri RHD Sekaligus Pegiat Literasi Hayati dan Konservasi dari Gowa

Sebarkan artikel ini
Darmawan Denassa, Pendiri RHD Sekaligus Pegiat Literasi Hayati dan Konservasi dari Gowa

 

Pancar.id, Sulawesi Selatan – Selain terkenal dengan keanekaragaman hayatinya, Indonesia juga memiliki banyak sosok inspiratif yang melakukan gerakan kepedulian berbasis lingkungan dan humaniora. Salah satunya adalah Darmawan Denassa.

Darmawan Denassa merupakan salah satu sosok yang melakukan gerakan pemberdayaan di dua bidang sekaligus yakni konservasi lingkungan dan literasi yang sudah dilakukannya jauh sejak 2007.

Dengan fokus utamanya membuat sebuah gerakan literasi, pria yang akrab disapa Denassa ini memadukan gerakan tersebut dengan kearifan lokal dan budaya dalam pelestarian dan penyelamatan keanekaragaman hayati.

Berkat upaya dan kerja kerasnya itu jugalah, pria kelahiran Gowa, Sulawesi Selatan 1976 itu mendapatkan sederet pengakuan dan penghargaan yang membanggakan.

Kendati dikenal sebagai sosok yang melalkukan gerakan pemberdayaan, akan tetapi Denassa sendiri sebenarnya memiliki latar belakang pendidikan Sastra Indonesia di Universitas Hasanuddin yang lulus pada 1996-an.

Meskipun begitu, namanya menjadi besar berkat gerakan pendirian Rumah Hijau Denassa (RHD) yang dibangunnya pada 2007. Denassa menceritakan bahwa inisiatifnya dalam membangun rumah dan taman ekologi tersebut berangkat dari rasa keprihatinan yang dimilikinya.

Denassa merasa miris saat melihat kondisi kampung halamannya di Borongtala, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan tak seperti dulu lagi. Pohon-pohon yang dulunya menjadi tempat bermainnya semasa kecil di kampung halamannya itu lenyap ditebang untuk dijadikan sebagai lokasi perumahan baru.

Kondisi itulah yang nyatanya membuat hati Denassa tergerak melakukan perubahan. Ia pun lantas memulai gerakan dengan melakukan penanaman sejumlah pohon di sebuah tanah yang diwarisi oleh orangtuanya. Kemudian setelah itu, Denassa pun mendirikan sebuah swadaya ekowisata Rumah Hijau Denassa (RHD).

Awalnya, bangunan yang dibuat pada kisaran Januari 2007 dengan berjarak sekitar 300 meter dari jalan poros Makassar-Gowa itu hanyalah sebuah rumah sederhana dengan bata bercat putih.

Meskipun begitu, bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 1,1 hektare itu, seiring berjalannya waktu menjadi tempat yang kini dipenuhi oleh segelintir flora dan fauna endemik Sulawesi Selatan.

Baca: Mengenal Tri Mumpuni, Si Wanita Listrik

Di taman ekologi rintisannya itu jugalah, Denassa diketahui membuat ekosistem buatan untuk sejumlah spesies hewan langka. Bahkan ia juga turut menyediakan makanan dan minuman khusus bagi fauna yang hidup di RHD.

Tercatat, beberapa jenis hewan penghuni RHD tersebut diantaranya burung Maleo atau yang memiliki nama latin Macrocephalon maleo. Kemudian burung Cilepuk, Perkici, Pelatuk Sulawesi, dan burung Sikatan Burrata atau yang bernama latin Cyorniss.

Tak berhenti sampai disana saja, Denassa juga turut membangun ekosistem buatan untuk tikus bawakaraeng, cicak terbang, jenis-jenis ulat, kupu-kupu, dan laba-laba.

Denassa juga mengungkapkan bahwa hewan endemik Sulawesi yang terancam punah itu justru akibat ulah manusia sendiri. Selanjutnya, di tempat yang sama itu jugalah, setidaknya ada sebanyak 563 spesies tanaman endemik yang dipeliharan dan dijaganya.

Di RHD, Denassa sendiri menjadikannya sebagai taman ekologi sekaligus tempat literasi bagi semua kalangan dari berbagai usia untuk belajar, baik secara literasi maupun pengetahuan mengenai lingkungan, kekayaan flora dan fauna, dan sejenisnya.

Sementara itu, berkat gerakan dan pengaruh yang diberikannya, sederet penghargaan pun berhasil didapatkan Denassa. Salah satunya Penghargaan Gubernur Sulawesi Selatan sebagai Tokoh Pengembangan Perpustakaan Komunitas di Sulsel pada 2011.

Selanjutnya pada 2017, Denassa juga pernah mendapat penghargaan Gubernur Sulawesi Selatan Pendiri Kampung Literasi Borongtala, dan pada 2021 berhasil menjadi Juara I Anugerah Taman Biodiversitas Pekan Kebudayaan Nasional.

Selain itu, diketahui yang membuat namanya semakin dikenal masyarakat adalah penghargaan Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan pada 2021. Bahkan sebelumnya juga diketahui jika RHD yang didirikannya itu ternyata telah dikunjungi oleh peminat isu lingkungan dari 72 negara di dunia.

Denassa pun berharap, di masa depan akan ada kalangan anak muda yang memiliki kepedulian lebih tinggi terhadap lingkungan. Melalui RHD, Denassa juga berharap bisa menjadi salah satu bentuk kontribusi besar terhadap penyediaan lahan untuk ekosistem flora dan fauna.

“Saya mengajak agar kaum pelajar untuk datang mencintai alam dan lebih peduli lagi terhadap populasi spesies hewan endemik,” ajak Denassa.

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!