Pancar.id, Bali – Puncak B20 Summit Indonesia Tahun 2022 sudah digelar, di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Bali pada Senin 14 November 2022.
Ada sejumlah gagasan yang dihasilkan dari pertemuan para pemimpin dunia ini. Satu di antaranya, adalah komunike.
Salah satunya transisi energi dan pertumbuhan yang inklusif, menjadi salah satu dari fokus rekomendasi kebijakan yang dihasilkan oleh B20 Indonesia, untuk dibawa pada puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 pada 15 s.d 16 November 2022.
Chair B20 Indonesia, Shinta Widjaja Kamdani menjelaskan bahwa rekomendasi tersebut menjadi sebuah legacy untuk kebangkitan ekonomi global. Pasalnya pada 2020 adalah the great lockdown, meski sebelum pandemi pihaknya berpikir mengetahui apa tantangan yang akan dihadapi.
“Tapi kita semua tidak melihat pandemi datang, dan pada akhirnya kita masuk ke era baru di 2021 yakni the great rebuild yang fokus itu pada upaya dalam menghadapi krisis dan beradaptasi,” kata Shinta dalam penutupan B20 Summit Indonesia Tahun 2022, Senin, 14 November 2022.
Dalam kesempatan itu, Shinta menjabarkan hasil dari B20 komunike yang akan direkomendasikan pada pemimpin G20, yang kuncinya adalah inovasi, inklusif, dan kolaboratif.
Untuk inovasi, kata dia, akan berfokus pada membuka peluang baru pertumbuhan pasca krisis dan hal ini akan membuka kontribusi yang lebih besar pada ekonomi digital.
Baca: Peranan Besar Presidensi G20 Indonesia dalam Pemulihan Global
Dikatakannya, inovasi ini yang digagas itu akan menjadi kunci untuk pengembangan penanganan kejahatan siber yang lebih baik. Kemudian juga akan meningkatkan pendanaan untuk infrastruktur hijau dengan pendanaan yang kreatif dan transisi energi.
“Kita juga mendorong akselerasi digital,” imbuhnya.
Selanjutnya dari sisi inklusivitas, tutur Shinta, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) berperan penting dalam ketahanan ekonomi Indonesia. Terutama untuk UMKM perempuan dan masyarakat rentan yang fokus pada pada kapabilitas, kewirausahaan, dan penciptaan lapangan kerja.
Dengan demikian, pelaku ekonomi informal juga bisa masuk dan ambil bagian dalam perekonomian tanah air. Selanjutnya ada kolaborasi yang menitikberatkan pada kerja sama secara global.
“Contohnya arsitektur kesehatan global yang menjadi hasil kolaborasi negara maju dan negara berkembang. Sehingga kita bisa menghadapi potensi krisis global dan ancaman kesehatan,” jelasnya.
Shinta juga mengungkapkan, ada 25 rekomendasi kebijakan dan 65 rekomendasi aksi dari kebijakan yang dihasilkan dalam forum B20.
Kendati demikian, ia menilai bahwa forum ini baru permulaan, karena yang terpenting adalah setelah ini harus ada aksi dan dampak nyata untuk kebangkitan ekonomi.
“B20 juga merumuskan empat legacy program yang terinspirasi oleh agenda prioritas, yakni transisi energi, pertumbuhan yang inklusif dan layanan kesehatan yang berkeadilan,” jelasnya.
Terkait hal tersebut, pada Selasa ini, Presiden Jokowi akan bertemu dengan pemimpin negara. Melalui momen tersebut, dia berharap, bisa menyampaikan sejumlah rekomendasi pada G20 as a join vision antara pemerintah dan pelaku bisnis untuk mencapai kolaborasi dan pertumbuhan inklusif.
Silakan tonton berbagai video menarik di sini: