Judul: Kami (Bukan) Sarjana Kertas
Penulis: J.S. Khairen
Penerbit: Bukune
Terbit: 2019
Halaman: 372
Pancar.id – Buku Kami (Bukan) Sarjana Kertas merupakan novel pertama dari serial Kami (Bukan) karya J.S. Khairen. Novelnya cukup popular di kalangan remaja dan para siswa lantaran diyakini mampu memotivasi pembacanya.
Buku ini menceritakan kehidupan mahasiswa Kampus UDEL, kampus yang jika namanya diketikkan di kolom mesin pencari pun tidak akan muncul karena reputasinya yang buruk. Selain itu, kampus tersebut merupakan opsi terakhir yang dipilih oleh orang-orang alias ‘pelarian’.
Mahasiswa tersebut diantaranya Ogi, Ranjau, Arko, Gala, Catherine, Juwisa, dan juga Sania. Masing-masing dari mereka punya alasan mengapa berkuliah di UDEL. Ada yang terpaksa dan ada pula yang ditolak kampus pilihan.
Kisah dibuka dengan masa-masa awal kehidupan kampus. Dimana pada hari pertama mereka kuliah dan masuk kelas konseling, Bu Lira, dosen pengajarnya membawa koper hitam berikut pizza. Pizza tersebut dibagikan kepada 30 mahasiswa. Namun, pizza tersebut bukan satu-satunya sambutan hangat darinya. Isi koper hitam itulah sebenar-benarnya sambutan hangat sehingga membuat mahasiswa ketakutan.
Awal yang menarik sebab runut alurnya dominan membahas perihal perjuangan menggapai mimpi. Namun jauh dari itu semua, buku ini sangat menggambarkan persahabatan antar tokohnya. Karakter yang ada di dalam novel pun cukup relate dengan kehidupan nyata dan permasalahan-permasalahannya.
Baca : Skripshit, Sebuah Kisah Mahasiswa Paling Lama
Seperti halnya Ogi, seorang anak tukang bengkel yang sudah tidak memiliki harapan hidup, apalagi mimpi. Di tengah jalan, dia juga sempat terjebak narkotika. Gala, si anak orang kaya yang bercita-cita menjadi guru namun harus berkuliah di jurusan arsitektur.
Kehidupan Ranjau tidak jauh lebih baik, dia hanya mahasiswa yang mengejar nilai di atas kertas, lulus cepat dengan IPK memadai. Relasi tidak ada, skill juga tidak punya. Begitu pun dengan Sania, mantan Ranjau sekaligus seorang musisi yang mengubur impiannya. Dia memutuskan menjadi musisi, teutama setelah terjerumus narkotika.
Sementara Bu Lira adalah wakil rektor Universitas UDEL yang unik. Dia merupakan ahli binatang dan banyak menyerap banyak pelajaran dari kehidupan binatang. Sehingga dalam memberikan pengajaran kepada para mahasiswa, Bu Lira kerap menganalogikannya dengan binatang.
Buku ini tidak hanya menyuntikkan semangat dan solidaritas bagi para pembaca. Secara tidak langsung, pun terdapat sindiran-sindiran yang entah disengaja atau tidak. Seperti misalnya ketidaknyambungan lulusan pertanian yang seringnya berkutat di bidang perbankan.
Salah satu kelemahan buku ini adalah masih ada kesalahan umum terkait tanda baca maupun huruf kapital. Kendati tidak begitu mengganggu, namun hal tersebut terasa cukup disayangkan. Selebihnya, buku ini cocok dibaca oleh para kawula muda.
Silakan tonton berbagai video menarik di sini: