Pancar.id, Jakarta – Pada April 2022 lalu, karet alam menyentuh harga tertinggi. Sayangnya tren positif itu justru tak dapat bertahan lama, setelah itu harga karet alam terus menurun hingga mencapai harga di tingkat terendahnya pada September 2022.
Di sisi lain, sentimen pelambatan ekonomi global juga ikut menekan harga karet alam tersebut. Tercatat, pada Kamis 22 September 2022 lalu, karet remah rakyat di Palembang dipatok dengan harga Rp2.015 per kilogram. Patokan harga itu ditentukan oleh Dinas Perdagangan bersama Gabungan Pengusaha Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatra Selatan.
Diketahui, yang menjadi acuan dari patokan harga tersebut adalah harga dari pasar spot Singapore Commodity, yang mematok angka 1,34 US Dollar per kilogram kadar karet kering (KKK).
Namun muncul perdebatan hangat setelah sejumlah media online di Palembang mengangkat kabar bahwa, di hari yang sama, karet sadapan petani di Kecamatan Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, atau 334 kilometer dari Palembang hanya dihargai Rp8.000 per kilogram.
Harga yang dipatok itu untuk karet kering. Sementara untuk karet yang agak basah dihargai Rp6.500 per kilogram dan karet yang lebih basah seharga Rp6.000 per kilogram. Akibatnya, kondisi yang terjadi saat itu pun dianggap jomplang.
Merespon kabar itu, Kepala Bidang (Kabid) Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Sumsel, Achmad Mirza pun menjelaskan bahwa harga karet di pasar bisa bervariasi dan itu tergantung dengan kualitasnya. Akan tetapi, yang menjadi penentu kualitasnya adalah kadar air hingga kebersihan produk karet itu sendiri.
“Biasanya, karet yang yang bersih dari campuran daun dan tanah akan dihargai lebih mahal. Untuk karet yang harganya tinggi, berasal dari getah yang bersih dan diolah secara layak. Pengolahannya pun dilakukan secara sederhana, yaitu getah karet akan digumpalkan dengan asam semut (2%) yang diaduk rata dan dicetak dalam boks kayu berukuran 40 x 60 centimeter dan tebal 5 centimeter,” jelas Mirza.
Mirza menambahkan, untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi, slab karet itu akan dikeringkan dengan cara digiling dengan batang kayu bulat sampai tipis. Hal itu dilakukan agar air di dalamnya menetes keluar. Akan tetapi, perlakukan itu ternyata belum cukup dan slab karet masih perlu dikeringkan dengan cara diasapi, lalu diangin-angin sampai kering hingga menjadi rubber smoke sheet.
“Karet olahan jenis ini dianggap mempunyai nilai jual terbaik. Meskipun begitu, harus ditera juga dengan kadar karet kering yang standar. Apabila setara, produk olahan itu akan disebut kadar karet kering 100 persen. Jenis inilah yang memperoleh harga di atas Rp20.000 di Palembang menjelang akhir September 2022,” tambahnya.
Kata Mirza, apabila tingkat kekeringannya sebesar 70 persen dari KKK 70 persen, akan dibanderol dengan harga Rp14.008 per kilogram. Sedangkan untuk KKK 60 dibanderol dengan harga Rp12.007 per kilogram, KKK 50 nilainya Rp10.006, dan kualitas terendah KKK 40 seharga Rp8.004 per kilogram.
Baca: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Akan Hadapi Tantangan Pada 2023
Maka, untuk harga murah di Pendopo, Empat Lawang, itu pun diperkirakan dari KKK 50. Sehingga, untuk unsur jarak 334 kilometer dari pusat perdagangan Palembang menjadi variabel harga lainnya.
Belakangan ini, keluhan terhadap harga karet itu muncul kembali seiring dengan terus merosotnya harga karet sejak Maret-April 2022. Saat itu, harga karet mencapai tingkat tertinggi dalam lima tahun terakhir, yakni 1,85 US Dollar per kilogram untuk karet kualitas KKK 100 persen. Pada titik puncak itu, harga karet mentah kualitas KKK 50 bisa laku Rp14.000 di Palembang dan Rp12.000 di Pendopo.
Dilansir dari indonesia.go.id, Indonesia merupakan negara produsen karet terbesar kedua di dunia, setelah Tiongkok. Tercatat, produksi karet nasional pada 2021 mencapai 3,12 juta ton yang setara dengan karet olahan mentah. Dari jumlah itu, 2,4 juta ton di antaranya diekspor dalam bentuk karet mentah.
Kemudian selebihnya diserap oleh industri dalam negeri, dan sebagian lagi diekspor sebagai produk olahan, seperti selang karet, seal, glove, dan masih banyak lagi yang lainnya. Sementara itu, Sumsel pun dikenal sebagai provinsi penyumbang terbesar karet nasional. Dari 3,69 juta hektare kebun karet di Indonesia, 872 ribu hektare di antaranya berada di Sumatra Selatan.
Untuk angka produksi dan ekspor karet nasional juga terus berfluktuasi dari waktu ke waktu. Pada 2021, Indonesia mencatatkan ekspor karet remah (olahan sederhana) senilai 3,8 miliar US Dollar, naik 36 persen dari tahun sebelumnya. Kenaikan yang terjadi itu, diantaranya, didorong oleh tingginya permintaan karet untuk sarung tangan (glove) dan perkakas medis terkait pandemi Covid-19.
Selanjutnya, untuk negara ekspor terbesar adalah Amerika Serikat, dengan pengapalan sekitar 840 ribu ton. Ekspor 2021 itu sebenarnya bisa lebih diungkit besar. Hanya saja, para eksportir dari Gapkindo mengeluhkan kelangkaan peti kemas yang membuat arus ekspor agak tersendat.
Sedangkan untuk 2022, diperkirakan nilai ekspor karet mentah (rubber smoke sheet) Indonesia akan menyusut nilai dan volumenya. Di bursa berjangka Singapura, karet diperdagangkan sekitar angka 1,30 sen US Dollar per kilogram pada awal September 2022, seiring dengan menguatnya kekhawatiran pada inflasi global.
Bahkan sampai akhir September 2022, harga itu belum terungkit naik secara signifikan, seraya menjadikannya yang terendah dalam tiga tahun terakhir. Ditambah lagi isu pelambatan ekonomi masih membayangi bursa karet Singapura sampai akhir September 2022.
Penurunan produksi mobil di Tiongkok selama tiga bulan berturut-turut, dengan pengurangan 36.000 unit pada Agustus 2022, menjadi salah satu isu yang paling mengemuka. Selain itu juga, yang menjadi isu lainnya adalah, kebijakan Honda Motor yang akan memangkas 40 persen produksi pada dua pabriknya di Jepang, dikarenakan ada masalah rantai pasok.
Sejauh ini, pabrik mobil adalah industri yang banyak menggunakan bahan karet alam. Tak pelak, isu di sektor otomotif itu pun langsung berpengaruh pada harga karet. Apabila tak ada lonjakan permintaan, harga karet mentah cenderung lemah dan harga karet di Pendopo, Kabupaten Empat Lawang, sulit beranjak naik. Situasi itu tentunya akan berubah apabila serapan karet alam dalam negeri meningkat.
Silakan tonton berbagai video menarik di sini: