Pancar.id, Jakarta – Asian Development Banks (ADB) kembali merilis perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022, dan tahun setelahnya (2023). Sebelumnya, pada April 2022 lalu, ADB menyebutkan, jika pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa berada di angka 5,2 persen.
Kemudian pada Juli 2022, ADB kembali mengoreksi perkiraannya dikarenakan adanya potensi yang meningkat menjadi 5,2 persen. Terbaru, pada 21 September 2022, ADB kembali memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami peningkatan menjadi 5,4 persen.
Direktur Asian Development Banks (ADB) untuk Indonesia, Jiro Tominaga mengungkapkan bahwa satu hal yang menjadi alasan koreksi peningkatan yang terus terjadi itu dikarenakan adanya penguatan daya belanja konsumen di tanah air. Pasalnya, hingga saat ini, belanja konsumen dan ekspor komoditas yang masih kuat dan bagus.
“Berdasarkan studi yang dirilis dalam The Asian Development Outlook (ADO) 2022 Update, kuatnya permintaan konsumen juga lebih dari cukup untuk mengimbangi belanja pemerintah yang menurun. Selain itu, permintaan akan komoditas ekspor Indonesia juga masih kuat, sehingga hal itu menunjang pertumbuhan dan menghasilkan tambahan pendapatan fiskal,” ungkap Jiro dalam keterangan resminya.
Kendati begitu, lanjut Jiro, kondisi berbeda diprediksi akan terjadi pada 2023 mendatang. Di mana, ADB memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mengalami penurunan akibat adanya peningkatan inflasi yang juga cukup signifikan.
“Tingginya harga komoditas juga telah mendorong inflasi. Sehingga pada 2023, risiko yang terjadi adalah penurunan perekonomian akibat perlambatan pertumbuhan global, volatilitas keuangan global, kebijakan makro ekonomi yang semakin ketat di Indonesia, hingga berlanjutnya guncangan akibat invasi Rusia ke Ukraina,” tambahnya.
Baca: Ketika Negara Mendorong Produksi Alas Kaki
Jiro menuturkan, sementara pada 2021, tingkat inflasi masih berada di angka 1,6 persen. Akan tetapi di akhir 2022, pihaknya memperkirakan jika inflasi akan mencapai angka 4,6 persen. Hal tersebut dipicu oleh sejumlah kondisi yang terjadi, di antaranya harga komoditas yang lebih tinggi hingga kenaikan harga bahan bakar yang baru saja terjadi.
“Bahkan inflasi itu juga diproyeksikan akan mencapai 5,1 persen atau hampir 6 persen sampai dengan Juni 2023 mendatang. Akan tetapi setelah itu menurun di bawah 4 persen pada akhir 2023 mendatang,” tuturnya.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia terutama Kementerian Keuangan dan berdasarkan data yang diungkapkan Badan Pusat Statistik (BPS) sendiri, memang memperlihatkan kondisi yang sama. Tentunya hal itu sejalan dengan perkiraan yang diungkapkan oleh ADB.
Dimana pada 2022 atau lebih tepatnya pada tahun kalender Januari s.d Juni 2022, berada di angka 3,19 persen. Sedangkan untuk tingkat inflasi tahun ke tahun dari Juni 2022 terhadap Juni 2021, berada di angka 4,35 persen.
Meskipun begitu, diketahui angka di atas masih relatif terkendali dan lebih rendah apabila dibandingkan dengan tingkat inflasi di sesama negara Asia lainnya seperti Singapura (6,7 persen), Thailand (7,7 persen), dan Filipina (6,1 persen), dalam periode yang sama.