Judul: Aksi Massa
Penulis: Tan Malaka
Penerbit: Narasi
Terbit: 2013
Halaman: 148
Pancar.id – Tan Malaka merupakan sosok cendekiawan yang cerdas pada masanya. Pemikiran-pemikirannya yang luar biasa dapat ditangkap lewat beberapa buku yang ditulisnya, seperti yang tertuang dalam buku Aksi Massa.
Buku itu tidak tebal, hanya berjumlah 148 halaman. Seakan-akan merepresentasikan isi bahasannya yang ringan, namun berbobot. Cakupan dalam bahasannya tidak hanya menyoal motivasi dan semangat kaum pergerakan, melainkan menceritakan juga keadaan saat Indonesia masih dalam jajahan.
Lewat Aksi Massa, Tan Malaka menuangkan gagasannya jika perebutan kekuasaan secara radikal (putch) bukan solusi terbaik. Menurutnya, putch merupakan aksi gerombolan kecil yang bergerak secara diam-diam dan sama sekali tak ada kaitannya dengan rakyat.
Gerombolan itu biasanya hanya membuat rancangan tanpa peduli pada perasaan serta kesanggupan massa. Maka, agar sebuah gerakan dapat tiba di tujuan, Tan Malaka menawarkan solusi yang dia sebut ‘aksi massa’.
Aksi massa bukanlah fantasi kosong seperti yang dilakukan oleh pegiat putch atau seorang anarkis, tetapi aksi massa merupakan tindakan yang berasal dari banyak orang guna memenuhi keinginan ekonomi dan politik mereka. Hal ini bisa saja didasari oleh kemelaratan, baik secara ekonomi maupun politik.
Baca: Bangsa Indonesia dan Bahaya Laten ‘Logika Mistika’
Tan Malaka juga menyebut jika aksi massa biasanya ditunjukkan dengan bentuk pemogokan atau pemboikotan, sehingga dibutuhkan pemimpin yang revolusioner, tangkas dalam menghitung kemungkinan yang akan terjadi, sabar, dan juga waspada politik.
Di dalam buku ini juga tertuang ikhtisar Indonesia dari masa ke masa, bentuk-bentuk imperialisme, gerakan perjuangan kemerdekaan yang dilakukan oleh partai borjuis bumiputra, serta keadaan rakyat dari beragam aspek dan sudut pandang.
Pembahasan buku ini terbilang cukup lengkap walau tetap dikemas secara ringkas. Pada akhir bagian buku, tertuang program-program revolusioner untuk kaum proleter yang bersifat kondisional, sehingga relevan di setiap zaman.
Hanya, dalam buku ini juga tidak disebutkan secara detail contoh atau kejadian putch seperti apa. Selain itu, pembaca yang awam mungkin harus sedikit menyesuaikan karena masih menggunakan gaya bahasa lama.
Namun tak pelak, jika bahasan-bahasan dalam buku ini mampu melahirkan spirit-spirit bagi kawula muda untuk tetap menyerukan keadilan, semata-mata dilakukan untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Buku ini juga seharusnya membuat pembaca merenungkan kembali tujuannya ketika hendak turun ke jalanan.