Pancar.id – Labuan Bajo menawarkan keindahan alam yang memukau, namun keindahan tersebut tidak hanya terbatas pada lanskapnya. Destinasi ini juga kaya akan kekayaan budaya, salah satunya adalah Desa Bena.
Desa Bena terletak di Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), tepatnya di desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere. Desa ini adalah contoh luar biasa dari perkampungan megalitikum yang masih terpelihara dengan baik hingga saat ini.
Terletak di puncak bukit dengan latar belakang Gunung Inerie, Desa Bena bukan hanya menawarkan pemandangan yang indah tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang sejarah dan budaya lokal.
Keunikan Desa Bena
1. Perkampungan Megalitikum Desa Bena dikenal sebagai perkampungan megalitikum, sebuah peninggalan dari era megalitikum yang masih dipertahankan hingga kini. Batu megalitikum yang kokoh di tengah desa menjadi saksi sejarah dan kekuatan spiritual masyarakat zaman dahulu.
Keberadaan desa ini di puncak bukit dengan latar belakang Gunung Inerie menambah keunikannya, karena masyarakat zaman megalitikum mempercayai gunung sebagai tempat pemujaan para dewa.
2. Susunan Rumah yang Unik Rumah-rumah di Desa Bena dibangun dengan bentuk melingkar menyerupai huruf U, menciptakan susunan yang rapi dan harmonis. Setiap rumah memiliki atap dengan hiasan yang berbeda, mencerminkan garis keturunan yang berkuasa.
Di tengah desa, terdapat dua bangunan penting: Nga’du, yang melambangkan nenek moyang laki-laki dan berbentuk seperti payung dengan tiang tunggal dan atap serat ijuk; serta Bhaga, yang melambangkan nenek moyang perempuan dan berbentuk seperti miniatur rumah.
Baca: Pantai Nemberala, Pesona Alam dan Ketenangan di Pulau Rote
3. Kehidupan Tradisional yang Kental Masyarakat Desa Bena sangat kental dengan tradisi leluhur. Lokasi desa yang tinggi dan pemandangan Gunung Inerie menunjukkan pentingnya situs ini dalam praktik spiritual masyarakat adat.
Hingga saat ini, tradisi pemujaan terhadap gunung sebagai tempat para dewa masih dilakukan, mencerminkan dedikasi masyarakat terhadap warisan budaya mereka.
Pekerjaan Tradisional Sebagian besar penduduk Desa Bena bekerja sebagai petani dan penenun. Pria biasanya terlibat dalam pertanian, sementara wanita mengerjakan tenunan kain khas Flores.
Kain tenun ini dijual kepada pengunjung dengan harga rata-rata Rp300.000, sementara syal tenun khas Bena dihargai sekitar Rp75.000 hingga Rp100.000.
Destinasi Wisata Populer Desa Bena menjadi tujuan wisata yang menarik bagi banyak pengunjung, baik dari Indonesia maupun mancanegara. Keunikan desa ini dalam mempertahankan tradisi budaya dan arsitektur megalitikum membuatnya sangat populer di kalangan wisatawan yang ingin mengalami budaya lokal yang autentik.
Desa Bena dapat diakses melalui perjalanan darat sekitar 19 km ke arah selatan dari Bajawa. Jika Anda memulai perjalanan dari Labuan Bajo, perjalanan darat menuju Bajawa memakan waktu sekitar 7 hingga 8 jam.
Setibanya di Desa Bena, Anda tidak perlu membayar tiket masuk. Pengunjung cukup mengisi buku tamu dan dapat memberikan sumbangan sukarela untuk pemeliharaan kampung. Selain itu, Anda juga bisa membeli kain tenun atau syal tenun dari masyarakat setempat sebagai bentuk dukungan dan souvenir.
Desa Bena adalah tempat yang ideal untuk merasakan pengalaman budaya yang mendalam dan sekaligus menikmati pemandangan yang menakjubkan. Jika Anda tertarik untuk menjelajahi kekayaan budaya Indonesia, Desa Bena merupakan destinasi yang wajib dikunjungi.