Pancar.id – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkapkan bahwa upaya transisi energi yang tengah dilaksanakan oleh pemerintah tidak hanya bertujuan untuk mengurangi emisi karbon, tetapi juga berfokus pada penghematan dan efisiensi bagi pelaku industri di Indonesia.
Langkah ini secara langsung mendukung peningkatan kontribusi sektor pengolahan (manufaktur) terhadap perekonomian nasional.
Menurut Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin, Andi Rizaldi, transisi energi lebih dari sekadar mengurangi emisi.
“Transisi energi ini juga memiliki dampak signifikan pada efisiensi operasional perusahaan,” ungkapnya saat acara Road to Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta.
Andi memberikan contoh konkret dari sektor industri semen. Mengingat adanya kelebihan produksi (over supply) di sektor ini, banyak pengusaha memilih untuk memproduksi semen hijau (green cement). Semen hijau ini mengurangi kadar klinker, sehingga membantu mengurangi biaya produksi dan memberikan efisiensi biaya kepada konsumen.
Baca: Kemenperin Dorong Restrukturisasi Mesin untuk Industri Mamin
Contohnya, pemanfaatan semen ramah lingkungan ini termasuk dalam proyek pembangunan di Ibu Kota Negara (IKN), di mana sisa-sisa peleburan baja diolah menjadi material konstruksi yang dapat digunakan untuk membangun rumah dalam waktu hanya 15 hari.
Lebih lanjut, Andi menyoroti bahwa ISF 2024, yang akan berlangsung pada 5-6 September di Jakarta Convention Center (JCC), merupakan platform penting untuk menyebarluaskan ide-ide, bertukar inovasi, dan membangun solidaritas antar sektor menuju pencapaian nol emisi karbon (Net Zero Emissions/NZE).
Indonesia menargetkan pengurangan emisi karbon sesuai Enhanced-Nationally Determined Contribution (E-NDC), dari 29 persen atau 835 juta ton CO2 menjadi 32 persen atau 912 juta ton CO2 pada tahun 2030.
Untuk mencapai target ini, pemerintah berencana mengembangkan kapasitas listrik hingga 708 gigawatt, dengan 96 persen berasal dari sumber energi terbarukan dan 4 persen dari tenaga nuklir.
Investasi yang diperlukan untuk pembangunan pembangkit listrik dan infrastruktur transmisi diperkirakan mencapai 1,108 miliar dolar AS, dengan tambahan investasi sebesar 28,5 miliar dolar AS hingga tahun 2060.