Pancar.id, Jakarta – Batik merupakan salah satu warisan khas Indonesia yang dibuat secara khusus dengan menggunakan bahan kain Nusantara. Sayangnya, di era modern seperti sekarang ini, keberadaan batik seakan mulai terasingkan dengan banyaknya merek luar negeri yang digemari generasi muda.
Kondisi itu dikhawatirkan akan semakin menurunkan semangat dan rasa cinta generasi muda terhadap kebudayaan Indonesia. Harus ada upaya konkret agar batik dekat dengan kehidupan anak-anak muda.
Itulah yang dilakukan Vivi Irma Aswita Dewi untuk melestarikan batik, khususnya kepada generasi muda. Ia bertekad untuk semakin gencar mengampanyekan batik sebagai salah satu kain khas Nusantara kepada generasi muda.
Gadis kelahiran November 2001 itu mengaku kecintaannya terhadap batik semakin kuat saat dirinya mengikuti ajang Putra-putri Batik Nusantara 2019 yang diselenggarakan Ikatan Pencinta Batik Nusantara (IPBN), bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Baca: Simon Cook, Orang Inggris yang Punya Grup Gamelan Sunda
Selama mengikuti karantina dalam ajang tersebut, mahasiswi jurusan Hubungan Masyarakat itu mendapat banyak informasi tentang warisan nenek moyang itu. Setiap motif batik yang diciptakan memiliki filosofi tersendiri, sehingga bisa menjadi pembelajaran dan inspirasi baginya.
“Sebagai anak muda, tentunya saya bertekad untuk menjadikan batik ini sebagai kain kebanggaan, khususnya di kalangan generasi muda. Saya juga ingin suatu saat nanti, batik yang awalnya dikenal sebagai kain tradisional, berubah menjadi pakaian kekinian,” kata Aswita.
Dengan gencar melakukan kampanye, bukan tidak mungkin batik bisa menjadi populer di masyarakat internasional. Terlebih lagi saat ini, batik juga sudah mulai dikenal masyarakat di berbagai belahan dunia.
Kecintaannya terhadap batik turut mendorong Aswita Dewi untuk mengimplementasikan jiwa sosialnya. Contohnya seperti menggandeng warga disabilitas untuk memproduksi batik bersama salah satu rumah produksi batik di Jakarta.