Lokacitra

Perjalanan Karir Eka Kurniawan dalam Sastra Indonesia

×

Perjalanan Karir Eka Kurniawan dalam Sastra Indonesia

Sebarkan artikel ini
Perjalanan Karir Eka Kurniawan dalam Sastra Indonesia

Pancar.id – Eka Kurniawan, lahir pada tanggal 28 November 1975, adalah seorang penulis terkemuka asal Indonesia yang telah meraih banyak penghargaan dan pengakuan internasional. Ia menyelesaikan pendidikan tingginya di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Pada tahun 2015, Eka Kurniawan diakui sebagai salah satu “Global Thinkers of 2015” oleh jurnal Foreign Policy, mengukuhkan posisinya dalam kancah intelektual global.

Pada tahun berikutnya, ia membuat sejarah sebagai penulis Indonesia pertama yang dinominasikan untuk Man Booker International Prize.

Perjalanan karirnya dimulai dengan skripsinya yang berjudul “Pramoedya Ananta Toer dan Sastra Realisme Sosialis,” yang pertama kali diterbitkan oleh Yayasan Aksara Indonesia pada tahun 1999.

Kumpulan cerita pendek pertamanya, “Corat-coret di Toilet,” kemudian diterbitkan oleh Aksara Indonesia pada tahun 2000.

Namun, sorotan utama dari karya-karyanya adalah novel-novelnya. Debut novelnya yang sangat disorot adalah “Cantik itu Luka” (2002), yang kembali diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2004 dan telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa termasuk Jepang dan Inggris.

Baca: Perjalanan Karir Raditya Dika: Dari Komika Hingga Sutradara

Novel kedua Eka Kurniawan, “Lelaki Harimau” (2004), dikenal secara internasional dengan judul “Man Tiger” setelah dialihbahasakan oleh Labodalih Sembiring dan diterbitkan oleh Verso Books pada tahun 2015.

Prestasinya mencapai puncak ketika novel ini masuk dalam nominasi panjang Man Booker International Prize.

Selain novel-novelnya, Eka juga menghasilkan dua jilid kumpulan cerita pendek: “Cinta Tak Ada Mati dan Cerita-cerita Lainnya” (2005) serta “Gelak Sedih dan Cerita-cerita Lainnya” (2005), yang menampilkan beragam cerita pendek termasuk “Corat-coret di Toilet.”

Pada tahun 2014, Eka Kurniawan merilis novel “Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas,” yang kemudian diadaptasi menjadi film pada tahun 2021.

Film ini meraih penghargaan Golden Leopard di Festival Film Locarno dan masuk dalam daftar nominasi Festival Film Indonesia 2022.

Saat ini, Eka tinggal di Jakarta bersama istrinya, penulis Ratih Kumala, dan seorang anak perempuannya. Kehidupan dan karya-karyanya terus memperkaya landskap sastra Indonesia dengan daya tarik uniknya.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!