Humaniora

Madukala Kundoro, Bukti Tak Semua Polisi Menyebalkan

×

Madukala Kundoro, Bukti Tak Semua Polisi Menyebalkan

Sebarkan artikel ini

Pancar.id – Punya tugas menjaga keamanan dan ketertiban, menjadikan profesi polisi sangat disegani sebagian masyarakat. Namun, tak sedikit pula masyarakat yang memandang profesi tersebut sebelah mata. Itu lantaran hampir saban waktu selalu ada saja oknum yang membuat masyarakat jengkel.

Tapi tentu saja tidak semua polisi menjengkelkan. Madukala Kundoro, misalnya. Ia adalah satu polisi dengan teladan yang baik dan patut disegani. Kundoro, begitu ia akrab disapa, adalah seorang polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) asal Kendari, Sulawesi Tenggara.

Sejak 2016, Kundoro punya aksi mulia dengan memberikan pembelajaran gratis pada puluhan anak jalanan yang berada di kota tempat dia bermukim. Dia memulai aksi tersebut sejak mendapat penugasan sebagai anggota Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) di Polsek Baruga, Kendari.

Kala itu, Kundoro melihat sejumlah anak yang tengah bermain di jalanan tetapi melakukan hal-hal yang tidak sepatutnya dilakukan, seperti menghirup lem, mengonsumsi minuman keras, merokok, bahkan usai ditelusuri ada pula yang aktif menggunakan narkotika.

Ia menilai, anak-anak tersebut seharusnya bersekolah dan mendapat pendidikan yang layak. Namun tak sedikit dari mereka yang berakhir putus sekolah serta terjerumus pada pergaulan kurang baik. Kondisi ekonomi diyakini sebagai faktor mengapa anak-anak tersebut putus sekolah.

Diketahui, di perkampungan tersebut dominannya pekerja serabutan atau berdagang di Pasar Panjang. Kondisi ekonomi masyarakatnya tidak terlalu bagus. Kondisi tersebut membuat Kundoro tergerak untuk merangkul anak-anak dengan memberi pendidikan gratis.

Jangan membayangkan aksi tersebut langsung berjalan mulus. Kundoro yang memulainya dari nol mendapatkan banyak kendala dan tantangan; ketersediaan lokasi, fasilitas utama berupa buku pelajaran berbasis kurikulum yang berlaku, hingga minimnya keinginan untuk kembali belajar dari internal anak.

Tanpa melibatkan jabatannya sebagai polisi, Kundoro memulainya dengan bantuan sang istri. Hal pertama yang dilakukan Kundoro adalah menyampaikan niat tersebut pada para orang tua. Lantas dia mendapat bantuan berupa pinjaman rumah panggung dari salah satu ketua RT setempat. 

Baca: Fadly Padi dan Upayanya Menghijaukan Bumi

Lokasi sudah ada, namun hanya ada lima anak yang ingin ikut belajar. Sisanya mengaku takut lantaran Kundoro seorang polisi. Mereka takut dijebloskan ke penjara karena mengonsumsi narkoba. Hal tersebut membuat Kundoro harus menjemput mereka dari kediamannya agar mau belajar.

Nyatanya, usaha tersebut membuahkan hasil. Saat ini, terhitung 65 anak belajar di sana. Rata-rata berusia 5 s.d. 15 tahun. Empat orang dari 65 anak tersebut dalam kondisi disabilitas.

Perjuangan Kundoro tidak hanya sampai di sana. Rumah bimbingan belajar (bimbel) bernama Bimbel Bhabinkamtibmas yang berlokasi di Kelurahan Bonggoeya, Kecamatan Wuawua, tentu memerlukan biaya operasional berupa pemeliharaan fasilitas belajar.

Untuk menutupi kebutuhan tersebut, Kundoro menyisihkan gajinya Rp1,5 s.d. Rp2 juta sebulan. Sedangkan total gajinya dalam sebulan Rp4,3 juta. Uang yang dia sisihkan digunakan untuk membeli alat tulis, buku, serta fasilitas penunjang lainnya.

Padahal Kundoro sendiri bukan polisi dengan latar ekonomi yang serba ada, terlebih dia sendiri punya tiga anak yang masih kecil. Beruntung sang istri, Dini Riskawati, mendukung penuh dan mendampingi Kundoro. Sebenarnya Kundoro disebut pernah mengajukan bantuan kepada pihak pemerintah, namun kurang ditanggapi. Alhasil menyisihkan gaji itu dilakukan sebagai solusi.

Sementara untuk jadwal pengajaran, dilakukan selama tiga kali seminggu. Tidak hanya berupa support, Dini juga turut berkontribusi sebagai pendidik Baca Tulis Quran (BTQ).

Seiring berjalannya waktu, rumah Bimbel tersebut sudah lebih layak; dengan dinding dilengkapi poster edukasi berupa abjad atau angka, serta beberapa rak buku berisi buku. Bahkan ada ruangan lain sebagai tempat penyimpanan alat-alat belajar. Namun, bimbel tersebut belum bisa menghadirkan program ujian selayaknya kegiatan belajar mandiri lain.

Kisah inspiratif Kundoro tidak hanya terletak pada keberhasilannya mengajar anak-anak, tetapi juga merehabilitasi anak yang kecanduan narkoba. Sebanyak 20 anak berhasil diselematkannya dari obat-obatan terlarang tersebut lewat kerja sama dengan Badan Narkotika Nasional (BNN).

Silakan tonton berbagai video menarik di sini:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!