Humaniora

Achmad Noe’man: Pelopor Arsitektur Masjid Tanpa Kubah

×

Achmad Noe’man: Pelopor Arsitektur Masjid Tanpa Kubah

Sebarkan artikel ini
Achmad Noe’man: Pelopor Arsitektur Masjid Tanpa Kubah

Pancar.id – Ir. H. Achmad Noe’man (10 Oktober 1926 – 4 April 2016) adalah seorang arsitek ternama dari Indonesia yang telah meninggalkan jejak penting dalam dunia arsitektur Indonesia, khususnya dalam pembangunan masjid.

Ia mendapatkan julukan sebagai “Arsitek Seribu Masjid” dan “Maestro Arsitektur Masjid Indonesia” berkat dedikasinya yang luar biasa untuk membangun berbagai masjid di tanah air.

Salah satu ciri khas dari karya-karya Achmad Noe’man adalah desain masjid tanpa kubah, yang menjadi ciri khas uniknya. Beliau adalah putra dari Muhammad Jamhari, seorang tokoh Muhammadiyah di Garut, dan memiliki saudara bernama Ahmad Sadali.

Pendidikan formal Noe’man dimulai di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Budi Priyayi di Garut dan Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di kota yang sama.

Meskipun sempat bergabung dengan Corps Polisi Militer setelah Kemerdekaan Indonesia, Noe’man tetap bersemangat untuk mengejar cita-citanya sebagai arsitek.

Ia kemudian menemukan jalannya kembali ke dunia arsitektur melalui Universitas Indonesia di Bandung (kini dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung atau ITB), meskipun pada awalnya mengambil jurusan bangunan di Fakultas Teknik Sipil.

Kepiawaiannya dalam arsitektur tidak hanya terbatas pada desain, tetapi juga kontribusinya dalam mendidik generasi muda. Ia menjadi asisten Prof.

Baca: Teguh B. Ariwibowo: Pemimpin Startup yang Mengubah Paradigma Keuangan

Van Roemondt, seorang dosen terkemuka dalam arsitektur Islam, dan memulai perjalanan kariernya dengan pembangunan Masjid Salman di ITB pada tahun 1964. Gagasannya mendapatkan dukungan dari Presiden Soekarno dan memperoleh pengakuan sebagai karya fenomenal.

Beberapa proyek monumental lainnya yang dihasilkan oleh Noe’man meliputi Masjid Al-Markazi di Makassar, serta beberapa masjid lain di berbagai daerah di Indonesia dan bahkan di luar negeri seperti Sarajevo, Bosnia.

Meskipun dikenal sebagai “anti-kubah,” Noe’man juga menciptakan beberapa desain masjid yang memasukkan elemen kubah, menunjukkan fleksibilitas dan inovasinya dalam merespons kebutuhan dan konteks.

Selain itu, Noe’man juga merupakan salah satu pendiri Ikatan Arsitek Indonesia dan aktif sebagai dosen di ITB hingga tahun 2005.

Keislamannya yang mendalam mempengaruhi pendekatan desainnya, dimana ia merujuk pada Al-Quran sebagai pedoman, menganggap bahwa kubah dapat mengganggu barisan (shaf) dalam salat.

Dari daftar karyanya yang luar biasa, beberapa proyek terkenal yang ia rancang antara lain Masjid Salman ITB, Masjid At-Tin di TMII Jakarta, Masjid Al-Markazi di Makassar, Masjid Raya Bandung, dan banyak lagi.

Melalui karyanya, Achmad Noe’man telah meninggalkan warisan yang tak tergantikan dalam perkembangan arsitektur masjid di Indonesia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!