Pancar.id – Membaca dan meresapi puisi cinta tanah air bukan sekadar kegiatan sastra biasa, melainkan merupakan suatu bentuk ekspresi yang dapat meningkatkan rasa nasionalisme.
Puisi, sebagai karya seni bahasa, memiliki kekuatan untuk menyentuh hati dan membangkitkan perasaan cinta terhadap tanah air. Dalam setiap barisnya, sastrawan dan penyair menggambarkan keindahan, kepedihan, dan kebesaran negeri ini.
Setiap baris puisi mencerminkan penghargaan terhadap sejarah, budaya, dan keragaman alam serta manusia di negeri ini. Berikut ini 3 contoh puisi cinta tanah air yang bisa menginspirasi:
1. Prajurit Jaga Malam Oleh Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras, bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya kepastian
ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu…
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!
2. Pemuda Pahlawan Oleh Riky Fernandes
Gelagat keharuan tercium bagai bangkai kecoa yang mulai hancur.
Waktumu tidak banyak di atas fana.
Rapatkan jari-jemarimu agar sampai menuju menara
Bulatkan tekadmu untuk melawan arus kebencian setiap manusia-manusia itu.
Kukuhkan dua kakimu sampai ke kepala.
Tarik tali pelontar kain merah putihmu.
Usah kau sujud di atas tanah itu.
Tancapkan saja tiang semangatmu setinggi mungkin.
Senyummu kian memanis dengan topi jerami berwarna gelap.
Dan saat itulah kau akan tahu betapa sulitnya hidup.
Dengan hias keringat tanpa peduli hari telah mencapai senja.
Baca: Kumpulan Puisi Menyentuh Hati Tentang Ibu Tercinta
3. Di bawah Kibaran Merah Putih Aku Terhuyung Oleh M. Taufiq
Di bawah kibaran merah putih
bayangnya berdansa dengan pasir yang kupijak
menekuk, meliuk, menggelora
Aku tersimpuh
di bawah naungan merah putih
yang enggan turun, enggan layu
setelah lama badai menghujamnya
Mencari pijakan, aku harus bangkit
menepis debu yang menggelayutiku
menebalkan lagi tapak kakiku
ini waktuku berdiri!
Tak lagi aku lengah, takkan
ini tanah bukan tanah tanpa darah
ia terhampar bukan tanpa tangis
terserak cecer tiap partikel mesiu di sana
Jika pada patahan waktu yang lalu
aku bersembunyi, berkarung
pada lipatan detik ini, aku bukanlah kemarin
aku adalah detik ini, aku akan menjadi esok
Aku terhuyung
memegang erat tiang merah putih
aku memanjat asa, memupuk tekad
Indonesia, pegang genggam beraniku!
Melalui bentuk seni yang mendalam ini, puisi cinta tanah air bukan hanya menjadi medium penyampaian perasaan, tetapi juga alat untuk membangun dan memperkuat rasa nasionalisme. Dengan meresapi makna-makna dalam setiap bait, pembaca akan diinspirasi untuk ikut serta dalam menjaga, membangun, dan mencintai Indonesia, negeri yang penuh keindahan dan makna.