Pancar.id – Meratus merupakan sebuah kawasan pegunungan yang berada di tenggara Pulau Kalimantan serta membelah Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) menjadi dua bagian.
Diketahui, kemasyuran Meratus ternyata selevel dengan Pegunungan Schwaner, Muller, dan Iban yang merupakan titik-titik tertinggi di Kalimantan.
Pegunungan ini membentang sepanjang sekitar 600 kilometer persegi dari arah barat daya-timur laut dan membelok ke utara hingga perbatasan Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur.
Tercatat, untuk Titik tertinggi di rangkaian Pegunungan Meratus ini adalah Gunung Halau-Halau yang memiliki ketinggian hingga 1.901 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Meratus juga membentang dengan melewati delapan dari 13 kabupaten di Kalimantan Selatan seperti Hulu Sungai Tengah, Balangan, Hulu Sungai Selatan, Tabalong, Tanah Bumbu, Tanah Laut, Banjar, dan Tapin.
Di Kaltim, Meratus mencakup Kabupaten Paser, Penajam Paser Utara, dan Kutai Barat serta sebagian kecil Barito Utara dan Barito Timur di Kalimantan Tengah.
Dilansir dari laman indonesia.go.id, pegunungan ini merupakan hamparan ofiolit tertua di Indonesia yang terdiri dari susunan batuan ultramafik, malihan, melange, dan terobosan, atau telah terbentuk sejak era Paleogen yang diperkirakan berumur Yura, yakni sekitar 150-200 juta tahun lalu.
Geolog Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta, Joko Susilo mengatakan bahwa Meratus merupakan sebuah situs taman bumi (geopark) nasional yang terbilang unik. Sebab, bentuknya juga sangat jarang terdapat di muka bumi dan membentuk Provinsi Kalsel seperti sekarang. Selain itu, menurutnya pegunungan ini menjadi pusat pertemuan lempeng-lempeng yang sudah berumur lebih dari 180 juta tahun.
“Meratus dan Kalsel merupakan wilayah pertemuan lempeng-lempeng, ada yang mencuat ke atas dan ada juga yang ke bawah. Tak hanya itu saja, ada juga yang tergencet hingga menjadi pegunungan tinggi dan menjadi kelebihan tempat ini dibandingkan dengan daerah lain,” kata Joko.
Baca : Eksotisme Letusan Bleduh Kuwu
Dengan kondisi seperti itu, menjadikan Meratus memiliki banyak objek wisata alam seperti Air Terjun Bajuan, Barajang, Belawaian, Hanai, Haratai, hingga Air Terjun Manding Tangkaramin. Ada juga mata air panas Batu Bini, Hantakan, dan Taruhi, Goa Air Kukup, Baramban, Batu Hapu, Berangin, dan Liang Udud.
Keanekaragaman hayati Meratus juga tak kalah banyaknya dan menjadi rumah bagi flora jenis pohon batang besar seperti meranti, kanari, nyatoh, durian, agathis, dan medang. Di sini juga dapat ditemukan dua anggrek hutan yang dilindungi yaitu anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) dan anggrek sendok (Spathoglottis urea).
Sementara itu, untuk fauna, disana ada satwa endemik Pulau Kalimantan yaitu bekantan, burung enggang, kera abu-abu, beruang madu, kijang pelaihari, rusa sambar, dan owa. Bahkan diketahui belum lama ini ditemukan pula dua spesies burung di Meratus, yakni sikatan kadayang (Cyornis kadayangensis) dan kacamata meratus (Zosterops meratusensis).
Penemuan itu sendiri dimulai dari penelitian yang dilakukan sejak tahun 2016 dengan upaya pendeskripsian yang dilakukan oleh tim peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerjasama dengan Lousiana State University, Amerika Serikat sebagai mitra internasional hingga pada akhirnya berhasil dipublikasikan pada tahun 2022.
Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN, Tri Haryoko yang ikut dalam penelitian mendeskripsikannya bahwa kacamata meratus berwarna hijau zaitun dengan corak zaitun kekuningan pada tubuh bagian bawah. Fauna itu juga merupakan kerabat paling dekat kacamata laut (Z. chloris) yang memiliki warna kuning lebih terang.
“Sementara untuk sikatan kadayang memiliki warna lebih khas, yaitu tubuh bagian atas biru dan bagian bawah cokelat jingga terang sampai putih. Sikatan kadayang ini berbeda dari sikatan dayak (C. montanus) yang memiliki warna biru lebih pekat dan tubuh bawah kecokelatan tanpa warna putih,” kata Tri.
Peneliti dari Museum Zoologicum Bogoriense, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Mohammad Irham juga mengatakan Meratus yang teriolasi dari rantai pegunungan lain di Kalimantan itu telah membentuk komunitas fauna yang unik seperti terlihat pada kelompok burung.
Terkait dengan status konservasi, kelestarian burung di Pegunungan Meratus ternyata mendapat potensi ancaman dari perubahan dan kerusakan habitat. Wilayah dataran rendah dari Pegunungan Meratus juga telah mengalami perubahan sehingga menyisakan habitat yang relatif utuh di zona pegunungan di atas 500 mdpl dengan luasan yang cukup terbatas.
Ancaman lainnya adalah perburuan burung untuk memenuhi pasar burung berkicau, mendorong populasi burung di Meratus menuju ke jurang kepunahan. Oleh karena itulah, konservasi habitat dan spesies di Pegunungan Meratus sangat penting untuk dilakukan.*
Baca pula : Kondang Air Terjun Kedung Kandang