PANCAR.ID – Fadli Zon, yang memiliki gelar kehormatan adat Minangkabau “Datuak Bijo Dirajo Nan Kuniang,” adalah salah satu sosok multidimensi dalam kancah politik dan kebudayaan Indonesia.
Lahir pada 1 Juni 1971, Fadli Zon tidak hanya dikenal sebagai seorang politikus senior, tetapi juga sebagai mantan aktivis mahasiswa, akademisi, penulis, dan tokoh kebudayaan yang memiliki kiprah internasional.
Saat ini, ia menjabat sebagai Menteri Kebudayaan Republik Indonesia di bawah Kabinet Merah Putih sejak 21 Oktober 2024, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Perjalanan politik Fadli Zon dimulai pada era reformasi ketika ia menjadi anggota MPR RI periode 1997-1999, mewakili golongan pemuda. Dalam periode ini, ia turut menyumbangkan gagasan dalam penyusunan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Di saat yang sama, ia mendirikan Institute for Policy Studies (IPS), yang menjadi wadah bagi kajian-kajian strategis tentang kebijakan publik. Puncak karier politiknya adalah ketika ia menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI periode 2014–2019.
Dalam perannya ini, ia tidak hanya menjadi juru bicara Koalisi Merah Putih (KMP) tetapi juga memperkuat pengawasan terhadap kebijakan pemerintah. Kiprahnya dalam politik internasional tercermin dari jabatan yang ia emban sebagai Presiden Global Organization of Parliamentarians Against Corruption (GOPAC) selama dua periode, 2015–2019.
Organisasi ini merupakan platform internasional yang fokus pada pemberantasan korupsi, dan di bawah kepemimpinannya, GOPAC semakin dikenal di dunia.
Fadli Zon tidak hanya seorang politisi, tetapi juga seorang akademisi yang memiliki fondasi pendidikan yang kokoh. Ia menyelesaikan pendidikan dasarnya di Bogor sebelum melanjutkan SMA di Jakarta. Prestasinya di tingkat SMA membawanya memperoleh beasiswa AFS ke Amerika Serikat, di mana ia lulus dengan predikat summa cum laude.
Setelah kembali ke Indonesia, ia melanjutkan studi di Universitas Indonesia pada jurusan Sastra Rusia, Fakultas Sastra. Semasa kuliah, Fadli Zon aktif dalam berbagai organisasi mahasiswa, baik intra maupun ekstra kampus.
Ia pernah menjadi Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Sastra dan memimpin berbagai kelompok studi yang memperjuangkan kebebasan berekspresi pada masa Orde Baru.
Tidak berhenti di situ, ia meraih gelar Master of Science (M.Sc) dalam bidang Development Studies dari London School of Economics and Political Science (LSE), Inggris.
Baca: Kiprah Fajar Riza Ulhaq, Dari Aktivis Mahasiswa ke Wakil Menteri Pendidikan
Pada tahun 2016, ia memperoleh gelar doktor dalam bidang Ilmu Sejarah dari Universitas Indonesia, dengan disertasi bertajuk “Pemikiran Ekonomi Kerakyatan Mohammad Hatta 1926-1959.” Disertasi ini menunjukkan minatnya yang mendalam terhadap sejarah dan pemikiran ekonomi kerakyatan.
Sebagai tokoh yang berdedikasi pada pelestarian budaya, Fadli Zon mendirikan beberapa institusi kebudayaan, seperti Fadli Zon Library, Rumah Kreatif Fadli Zon di Depok, dan Rumah Budaya di Aie Angek, Tanah Datar, Sumatera Barat.
Fadli Zon Library menjadi oase intelektual yang sering menggelar diskusi tentang tema-tema aktual, dari politik hingga seni. Selain itu, ia menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Seni Budaya Islam (HSBI) periode 2019-2024 dan menjadi penggiat utama berbagai upaya pelestarian seni tradisional, termasuk seni keris dan filateli.
Dedikasinya terhadap budaya juga tercermin dalam berbagai penghargaan adat yang diterimanya, seperti gelar kehormatan dari Keraton Surakarta Hadiningrat dan berbagai penghargaan budaya lainnya.
Di dunia literasi, Fadli Zon adalah seorang penulis prolifik yang telah menerbitkan puluhan buku, mulai dari puisi hingga kajian sejarah dan politik.
Beberapa karya terkenalnya meliputi “Politik Huru-Hara Mei 1998,” “Hari Terakhir Kartosoewirjo,” dan kumpulan puisi “Air Mata Buaya.” Ia juga menulis buku akademik seperti “Pemikiran Ekonomi Kerakyatan Mohammad Hatta,” yang menggali pemikiran salah satu tokoh proklamasi Indonesia.
Tidak hanya terbatas pada buku, ia juga aktif menulis artikel untuk media nasional dan internasional. Beberapa tulisannya telah diterbitkan dalam bentuk jurnal, bunga rampai, dan opini di surat kabar terkemuka.
Kiprah Fadli Zon di forum internasional tidak kalah cemerlang. Ia menjadi inisiator berbagai konferensi internasional, seperti Indonesia-Pacific Parliamentary Partnership (IPPP) dan mendukung gerakan Open Parliament, yang bertujuan meningkatkan transparansi dan akuntabilitas parlemen di seluruh dunia.
Di ASEAN, Fadli Zon juga aktif dalam mendorong resolusi terkait isu Rohingya, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang vokal dalam memperjuangkan keadilan untuk komunitas yang tertindas di Myanmar.
Berbagai gelar kehormatan adat, seperti Datuk Bijo Dirajo Nan Kuning dan Tuanku Muda Pujangga Diraja, mencerminkan penghargaan masyarakat adat terhadap kontribusinya dalam melestarikan nilai-nilai budaya. Di tingkat internasional, ia menerima penghargaan seperti AIPA Distinguished Service Award dan Champion of Corruption Awards.
Fadli Zon adalah figur yang mewakili simbiosis antara politik, kebudayaan, dan literasi. Dari perannya sebagai pendiri Partai Gerindra hingga tokoh pembaharu dalam kebudayaan, ia telah menorehkan jejak yang mendalam dalam berbagai aspek kehidupan publik di Indonesia.