Pancar.id – Selama lebih dari 35 tahun berkarya dalam industri sinema Indonesia, Christine Hakim meraih supremasi tertinggi dalam perfilman Tanah Air dengan total 6 Piala Citra. Prestasi gemilang ini menjadikan namanya sebagai salah satu ikon terkemuka dalam dunia perfilman Indonesia, belum disamai oleh aktris lainnya hingga saat ini.
Prestasi luar biasa Christine Hakim tidak hanya terbatas pada level nasional. Ia mencatat sejarah sebagai orang Indonesia pertama yang menjadi juri kehormatan Sélection officielle “Feature Films†dalam Festival Film Cannes 2002. Bersama dengan tokoh-tokoh ternama seperti David Lynch, Sharon Stone, dan Michelle Yeoh, Christine Hakim berhasil menyumbangkan pandangan berkelasnya untuk pemilihan film terbaik.
Christine Hakim, yang bernama lengkap Herlina Christine Natalia Hakim, lahir di Kuala Tungkal, telah membintangi puluhan film berkualitas festival yang meraih penghargaan di kompetisi film bergengsi internasional. Beberapa karya terkenalnya antara lain “Cinta Pertama,” “Ponirah Terpidana,” “Tjoet Nja’ Dhien,” hingga “Jamila dan Sang Presiden.”
Debutnya dalam film “Cinta Pertama” pada tahun 1973 langsung membuahkan prestasi dengan penghargaan sebagai “Pemeran Utama Wanita Terbaik” di Festival Film Indonesia 1974. Kesuksesan ini menjadi awal karir cemerlang Christine Hakim, diikuti oleh penghargaan Piala Citra untuk peran gemilangnya dalam film-film seperti “Sesuatu yang Indah” dan “Di Balik Kelambu.”
Baca: Risa Saraswati: Penulis Sukses Dibalik Ketenaran Danur Series
Pencapaian tertinggi dalam meraih Piala Citra terjadi pada tahun 1984, ketika Christine Hakim dinobatkan sebagai “Pemeran Utama Wanita Terbaik” untuk kelima kalinya berkat perannya yang mengesankan dalam “Kerikil-Kerikil Tajam.”
Meskipun profil perfilman Indonesia meredup di era 90-an, Christine Hakim tetap mencuri perhatian dengan peran dalam film luar negeri seperti “Eat Pray Love” (2010). Di tengah keprihatinan industri film nasional, Christine Hakim banting setir menjadi pemain sinetron, membuktikan ketangguhannya dalam berbagai genre.
Kembalinya ke panggung perfilman Indonesia di awal 2000-an ditandai dengan kehadiran penting Christine Hakim dalam film pujian “Pasir Berbisik” (2001). Bersama aktris muda Dian Sastrowardoyo, film ini menyabet berbagai penghargaan di festival film dalam dan luar negeri, memberikan catatan positif atas kembalinya Christine Hakim ke industri film tanah air.
Dengan film-film seperti “Puteri Gunung Ledang,” “Jamila Dan Sang Presiden,” “Rayya, Cahaya Di atas Cahaya,” dan “Pendekar Tongkat Emas,” Christine Hakim terus menunjukkan keberagaman bakatnya dalam dunia seni peran. Aktivitas sosialnya juga patut diapresiasi, terlibat dalam kegiatan amal sebagai duta UNICEF bersama Ferry Salim.
Kehidupan pribadi Christine Hakim terjaga dari sorotan gosip, menunjukkan kesuksesannya tidak hanya sebagai aktris ternama tetapi juga sebagai sosok yang membanggakan dalam menjalani kehidupan. Pernikahannya dengan Jeroen Lezer berjalan harmonis, sementara peran aktifnya dalam kegiatan sosial memberikan dampak positif dalam masyarakat.