Caraka

BRIN Kembangkan Vaksin Inovatif untuk Ikan Budidaya

×

BRIN Kembangkan Vaksin Inovatif untuk Ikan Budidaya

Sebarkan artikel ini
BRIN Kembangkan Vaksin Inovatif untuk Ikan Budidaya
Doc. Foto: antaranews.com

PANCAR.ID – JAKARTA – Peneliti dari Pusat Riset Veteriner (PRVet) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Angela Mariana Lusiastuti, mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah fokus pada pengembangan vaksin dan obat ikan, serta metode deteksi penyakit dan resistensi antimikroba untuk menjaga tingkat produktivitas pangan akuatik.

Menurut Angela, pengelolaan kesehatan ikan budidaya menjadi semakin penting, karena wabah penyakit dapat menurunkan produktivitas dan profitabilitas sektor perikanan.

“Vaksin cair, yang sering digunakan dalam industri perikanan, memiliki kelemahan seperti ketidaktahanan terhadap suhu panas dan kerusakan selama penyimpanan atau pengangkutan. Untuk itu, kami tengah mengembangkan vaksin beku-kering berlapis kitosan,” jelas Angela.

Vaksin ini memiliki sejumlah kelebihan, di antaranya mudah dimobilisasi, mempertahankan kualitas dan efektivitas pada suhu panas, serta memudahkan pengangkutan dalam jarak jauh.

Dalam konteks pangan akuatik, Angela menekankan bahwa ikan merupakan sumber protein hewani yang lebih rendah lemak dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya, sekaligus mengandung Omega-3 yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh.

Ikan berminyak, seperti sarden yang tulangnya dapat dimakan, juga kaya akan vitamin D dan asam lemak Omega-3 yang dapat mengurangi risiko beberapa penyakit autoimun. Oleh karena itu, konsumsi ikan menjadi salah satu langkah penting dalam pencegahan stunting, terutama pada anak-anak.

Baca: BRIN dan BAZNAS Luncurkan Beasiswa Riset untuk Generasi Muda Indonesia

Selain vaksin, Angela juga menyoroti pentingnya penelitian dan pengembangan dalam menghadapi penyakit zoonosis yang kembali muncul akibat kontaminan seperti toksin, logam berat, hormon, pestisida, dan bahan kimia lainnya.

Dia menegaskan perlunya hilirisasi dan komersialisasi produk inovatif yang diperoleh dari penelitian untuk mendukung kesehatan ekosistem akuatik.

Dedi Chandra, Pengendali Ekosistem Hutan Kementerian Kehutanan (Kemenhut), juga menyampaikan pentingnya ketahanan pangan akuatik dalam menghadapi ancaman perubahan iklim.

Dedi menyoroti standar kesehatan ikan yang ditetapkan oleh World Organisation for Animal Health (WOAH), yang mencakup pencegahan penyakit, deteksi dini, pelaporan, dan pengendalian penyakit untuk memastikan keamanan perdagangan internasional produk perikanan.

“Penerapan standar akuatik bertujuan untuk meningkatkan keamanan dan kesehatan hewan akuatik di seluruh dunia, serta menghindari hambatan sanitasi yang tidak dapat dibenarkan dalam perdagangan internasional,” ungkap Dedi.

Dengan langkah-langkah ini, diharapkan dapat tercipta ekosistem perikanan yang sehat dan berkelanjutan, mendukung ketahanan pangan nasional, dan memenuhi standar internasional untuk perdagangan produk perikanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!