Kembara

Suwar-Suwir, Jajanan Khas Jember yang Meleleh di Mulut

×

Suwar-Suwir, Jajanan Khas Jember yang Meleleh di Mulut

Sebarkan artikel ini
Suwar-Suwir, Jajanan Khas Jember yang Meleleh di Mulut
Doc. Foto: Indonesia Kaya

PANCAR.ID – JEMBER – Di tengah pesona Jember yang dikenal sebagai kota seribu budaya, terdapat jajanan khas bernama suwar-suwir. Sekilas menyerupai dodol, namun memiliki tekstur lebih padat dan cita rasa manis yang khas.

Keunikan suwar-suwir terletak pada kelembutannya, yang seolah meleleh di mulut saat dinikmati, menjadikannya pilihan favorit sebagai buah tangan khas Jember.

Suwar-suwir berbahan dasar tapai singkong, diolah dengan campuran gula, susu, dan cokelat, menghasilkan rasa legit yang tak tertandingi. Jajanan ini tidak hanya menjadi ikon kuliner Jember, tetapi juga menyimpan jejak sejarah akulturasi dari zaman penjajahan Belanda.

Pada era itu, perpindahan penduduk dari Bondowoso ke Jember membawa kreativitas dalam mengolah ketela pohon menjadi tapai. Sisa pengolahan tapai tersebut akhirnya dikreasikan menjadi makanan baru, Suwar-suwir.

Baca: Ungkrung Jati, Kuliner Ekstrem Khas Gunungkidul yang Penuh Gizi

Awalnya, suwar-suwir dikenal dengan nama “kue suwir-siwir” atau “nangka Belanda,” karena menggunakan campuran daging buah sirsak dalam adonannya. Nama “suwar-suwir” pun lahir dari kebiasaan masyarakat saat itu yang menyobek jajanan ini menjadi potongan kecil sebelum dimakan.

Kini, bahan seperti cokelat, vanila, stroberi, hingga kopi menggantikan sirsak, memberikan sentuhan modern pada jajanan klasik ini. Meskipun telah berevolusi, banyak produsen tetap mempertahankan metode pembuatan tradisional. Proses manual ini menjaga cita rasa asli suwar-suwir, sekaligus memberikan nilai autentik yang dihargai para penggemarnya.

Dalam balutan warna cerah dan varian rasa yang beragam, suwar-suwir kini tidak hanya menjadi jajanan, tetapi juga simbol budaya dan ekonomi kreatif Jember. Pemerintah setempat pun mendorong produk ini sebagai salah satu aset UMKM lokal yang mampu memperkuat daya tarik wisata kuliner kota.

Suwar-suwir tidak hanya menggugah selera, tetapi juga menjadi bukti bagaimana warisan kuliner dapat terus hidup melalui inovasi dan semangat masyarakat yang menjunjung nilai tradisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!