PANCAR.ID – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melalui Organisasi Riset Elektronika dan Informatika (OREI) terus mengembangkan sistem pendukung keputusan (SPK) berbasis analisis citra satelit untuk mendukung pengelolaan Kawasan Perlindungan Laut (KPL) dan konservasi berbasis masyarakat, atau Other Effective Area-based Conservation Measures (OECM).
Peneliti Ahli Utama BRIN, Mulyanto Darmawan, menjelaskan bahwa pendekatan berbasis masyarakat menjadi langkah penting dalam mengubah paradigma konservasi agar lebih ramah terhadap komunitas lokal.
“OECM di Indonesia harus diarahkan pada paradigma konservasi yang berpusat pada masyarakat atau setidaknya ramah terhadap mereka,” ungkap Mulyanto dalam webinar “Diseminasi Hasil Riset Rumah Program Seri #4” sebagaimana dilansir dari laman GNFI, Senin (2/12/2024).
Melalui riset di Pulau Tidung, BRIN telah memanfaatkan analisis Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan Lyzinga untuk mengevaluasi keanekaragaman hayati dan kualitas biofisika kawasan laut.
Hasilnya menunjukkan bahwa kualitas air di kawasan tersebut tergolong tercemar ringan, menjadikannya kandidat utama untuk perlindungan konservasi. Selain biofisik, parameter sosial dan ekonomi juga menjadi bagian dari analisis.
Infrastruktur seperti pelabuhan, pemukiman, dan penggunaan lahan ikut dipertimbangkan untuk membangun pendekatan adaptif berbasis komunitas dan ekosistem.
Baca: Kemendikdasmen Apresiasi Inovasi Guru di Jambore GTK Hebat 2024
“OECM bukanlah pembentukan area konservasi baru, melainkan peningkatan kualitas pengelolaan yang sudah ada, dengan penekanan pada peran aktif komunitas lokal,” tegasnya.
Sistem pendukung keputusan (SPK) memanfaatkan citra satelit untuk berbagai keperluan, seperti:
– Evaluasi biodiversitas kawasan laut
– Pemantauan keselamatan pelayaran
– Deteksi gelombang laut dan tsunami
Kemampuan SPK dalam mengolah data spasial secara luas dan multiwaktu membuatnya menjadi alat penting untuk perencanaan kebijakan konservasi.
Kepala OREI BRIN, Budi Prawara, menegaskan pentingnya pelibatan masyarakat dalam riset. “Partisipasi masyarakat, mulai dari pengumpulan hingga analisis data, adalah bagian integral untuk solusi berkelanjutan,” katanya.
Melalui pendekatan berbasis masyarakat, fungsi pengelolaan dapat dilakukan secara sukarela, sehingga lebih hemat biaya dan sesuai dengan kebutuhan sosial-budaya komunitas. Langkah ini tidak hanya mendukung konservasi, tetapi juga memperkuat hubungan antara masyarakat dan ekosistem laut.
Pendekatan adaptif berbasis teknologi dan kolaborasi lokal ini menjadi harapan baru dalam menghadapi tantangan kelestarian sumber daya laut Indonesia.