Kembara

Ungkrung Jati, Kuliner Ekstrem Khas Gunungkidul yang Penuh Gizi

×

Ungkrung Jati, Kuliner Ekstrem Khas Gunungkidul yang Penuh Gizi

Sebarkan artikel ini
Ungkrung Jati, Kuliner Ekstrem Khas Gunungkidul yang Penuh Gizi
Doc. Foto: yogyaku.com

PANCAR.ID – Gunungkidul, Yogyakarta, tidak hanya dikenal dengan pesona wisata pantainya yang memukau, tetapi juga dengan kuliner ekstrem yang unik: ungkrung jati.

Meskipun nama kuliner ini mungkin masih asing bagi banyak orang, bagi masyarakat setempat, ungkrung jati sudah lama menjadi bagian dari tradisi dan kearifan lokal yang kaya akan sejarah.

Apa Itu Ungkrung Jati?

Ungkrung jati, juga dikenal dengan sebutan enthung jati atau kepompong ulat jati, adalah larva dari ngengat Hyblaea puera yang hidup di pohon jati. Bentuknya yang kecil dan berwarna coklat kehitaman sering membuatnya sulit dibedakan dari daun-daun jati yang rontok.

Meskipun bagi sebagian orang kuliner ini terkesan menjijikan, namun bagi penggemarnya, ungkrung jati memiliki rasa yang khas dan menjadi hidangan istimewa yang sangat dihargai. Kuliner ini bermula dari kebiasaan masyarakat Gunungkidul yang mencari alternatif sumber protein saat masa paceklik.

Ketika bahan makanan sulit didapatkan, mereka mulai memanfaatkan apa yang ada di sekitar mereka, salah satunya adalah ungkrung jati yang muncul di pohon jati, terutama pada musim penghujan. Dulu, larva ngengat ini dianggap sebagai hama, tetapi kini mereka diolah menjadi makanan lezat dan bergizi.

Pencarian ungkrung jati menjadi tradisi musiman yang hanya berlangsung dalam beberapa minggu setiap tahunnya. Seiring berjalannya waktu, kuliner ini semakin terkenal, bahkan menarik perhatian wisatawan yang penasaran ingin mencoba sensasi rasa yang berbeda.

Meski tampilannya bisa membuat orang merasa geli, ungkrung jati sebenarnya kaya akan kandungan gizi yang sangat bermanfaat bagi tubuh. Ulat jati memiliki kandungan protein yang jauh lebih tinggi daripada daging sapi.

Setiap 100 gram ungkrung jati kering mengandung sekitar 68 gram protein, sedangkan daging sapi hanya mengandung 26 gram protein pada jumlah yang sama.

Selain protein, ungkrung jati juga mengandung vitamin, mineral, lemak sehat, dan karbohidrat yang baik untuk menjaga daya tahan tubuh, kesehatan kulit, dan rambut, serta menyediakan energi tambahan.

Baca: Nikmati Sensasi Langkitang Cucuk, Hidangan Khas Pantai Sumatra Barat

Mengolah ungkrung jati cukup mudah dan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu yang paling umum adalah dengan menggorengnya menggunakan bumbu bawang putih dan garam, yang menghasilkan rasa gurih dan tekstur renyah.

Selain itu, ungkrung jati bisa juga dimasak dengan bumbu balado, rica-rica, atau bahkan dijadikan keripik. Meski banyak metode modern, cara tradisional menggoreng tetap menjadi pilihan favorit banyak orang.

Karena hanya tersedia pada musim tertentu, harga ungkrung jati bisa cukup mahal, berkisar antara Rp130.000 hingga Rp150.000 per kilogram pada puncaknya. Harga ini jauh lebih tinggi dibandingkan daging sapi, yang membuatnya semakin langka dan menarik minat wisatawan.

Kini, penjual ungkrung jati mulai memanfaatkan pasar online untuk menjangkau konsumen dari luar daerah, yang semakin mengenal kuliner khas Gunungkidul ini sebagai makanan unik dengan cita rasa yang eksotis.

Meski kaya akan manfaat gizi, ungkrung jati juga memiliki beberapa risiko, terutama bagi mereka yang alergi terhadap makanan laut. Reaksi alergi seperti gatal-gatal bisa muncul karena adanya protein tropomyosin yang mirip dengan yang terkandung dalam udang dan kepiting.

Bagi yang pertama kali mencoba, disarankan untuk mengonsumsi ungkrung jati dalam jumlah kecil terlebih dahulu untuk melihat reaksi tubuh. Ungkrung jati, meskipun dianggap kuliner ekstrem oleh sebagian orang, menawarkan manfaat gizi yang luar biasa.

Dengan kandungan protein tinggi, rendah lemak, dan kaya akan nutrisi, ungkrung jati bisa menjadi alternatif sumber protein yang ramah lingkungan. Menghargai dan menikmati kuliner lokal seperti ini juga turut mendukung pelestarian tradisi dan kearifan lokal yang ada di Indonesia.

Jika Kawan tertarik untuk mencoba kuliner unik ini, pastikan untuk mengonsumsinya dengan bijak, karena seperti halnya dengan semua makanan, segala sesuatu yang berlebihan bisa berdampak buruk. Nikmati ungkrung jati, rasakan sensasi yang berbeda, dan berikan dukungan untuk menjaga kelestarian warisan kuliner nusantara!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!