Pancar.id – Nila Tanzil seorang wanita berusia 36 tahun, memiliki sebuah kisah inspiratif yang melibatkan pengorbanan dan dedikasi untuk membantu anak-anak di Indonesia bagian timur.
Meskipun telah menjabat sebagai kepala komunikasi di sebuah perusahaan swasta, Nila tidak merasa pekerjaannya saat itu mencerminkan keinginan utamanya. Sebagian besar orang mungkin bermimpi untuk melakukan apa yang mereka gemari, tetapi jarang yang benar-benar mengambil tindakan untuk mewujudkannya.
Namun Nila berbeda, dia memiliki hasrat besar untuk bepergian, dan kecintaannya pada petualangan membawanya untuk “nekat” meninggalkan pekerjaannya dan tinggal di Pulau Komodo selama satu tahun. Tujuannya sederhana, melarikan diri sejenak dari rutinitas perkotaan. Selama tinggal di sana, Nila menghabiskan waktunya dengan menyelam dan bersantai di pantai.
Tetapi perjalanan hidupnya mengalami perubahan besar saat ia mulai berinteraksi dengan penduduk lokal. Saat melihat anak-anak kecil berjalan berjam-jam melintasi sungai dan mendaki gunung tanpa alas kaki untuk pergi ke sekolah dengan satu-satunya modal buku dan pensil dalam kantong plastik, Nila merasa tergerak untuk bertindak.
Ia menyadari bahwa anak-anak ini sangat haus akan ilmu pengetahuan, tetapi mereka sama sekali tidak memiliki akses ke buku-buku bacaan. Melihat situasi ini, Nila merasa terdorong untuk berbuat sesuatu yang bisa mengedukasi anak-anak Indonesia.
Baca: Kamila Andini: Sutradara Film Yang Menyuarakan Hak-Hak Perempuan Lewat Karyanya
Ia mengambil tindakan nyata dengan mendatangkan sekitar 2000 buku dari Jakarta dan mendirikan perpustakaan umum yang disebut “Taman Bacaan Pelangi.” Perpustakaan ini didedikasikan untuk anak-anak kecil, memberi mereka akses mudah ke bacaan yang bermanfaat.
Kesuksesan perpustakaan pertamanya mendorong Nila untuk mengembangkan upayanya. Kini, ia telah mendirikan 29 taman bacaan di berbagai daerah terpencil di Indonesia bagian timur seperti Flores, Maluku, Sumbawa, Halmahera, dan Papua. Tindakan ini bukan hanya menciptakan akses ke buku bagi anak-anak yang membutuhkannya, tetapi juga menyediakan wadah untuk menggali potensi mereka.
Bagi Nila, pekerjaan ini bukan hanya tanggung jawab, tetapi juga minat terbesar yang dia temukan. Melihat anak-anak membaca buku dengan semangat dan antusiasme mengisi hatinya dengan kebahagiaan. Ia yakin bahwa menciptakan generasi muda yang berpendidikan adalah kunci untuk membangun Indonesia yang kuat.
Untuk mendukung proyeknya, Nila menerima berbagai bantuan dari relasinya, termasuk pengiriman buku-buku bacaan ke perpustakaan-perpustakaannya. Jaringan pertemanan yang luas yang dimilikinya telah berkontribusi pada kesuksesan inisiatif ini. Bahkan, seorang rekan dari Jerman menjadi pengajar sukarela di Pulau Flores selama setahun untuk membantu proyek ini.
Nila Tanzil adalah contoh yang hidup bahwa mengejar hasrat dan minat seseorang dapat menjadi pekerjaan terbesar dan paling memuaskan. Baginya, “Passion is your greatest work” (Hasrat adalah pekerjaan terbesarmu), dan keyakinan ini mendorongnya untuk terus mengedukasi anak-anak Indonesia melalui semangat membaca yang menjadi minat terbesarnya.