Kembara

Yang Tersirat dan Tersurat dari Ketupat

×

Yang Tersirat dan Tersurat dari Ketupat

Sebarkan artikel ini

Pancar.id – Ketupat menjadi salah satu kudapan khas yang selalu tersedia di meja makan saat lebaran. Ketupat biasa disajikan bersama opor dan semur daging, maupun lauk-pauk penuh santan lainnya.

Tapi, tahukah kamu kalau ketupat ini memiliki makna dan filosofi tersendiri? Dirangkum dari berbagai sumber, ketupat memiliki arti khusus di balik nama maupun bentuk anyamannya.

Bahan utama ketupat adalah beras dan daun kelapa muda, dimana beras atau nasi ini melambangkan nafsu sementara daun menyimbolkan ‘jatining nur’ atau cahaya sejati (dalam bahasa Jawa berarti hati nurani). 

Jadi, ketupat merepresentasikan simbol nafsu dan hati nurani agar manusia bisa menahan nafsunya menggunakan hati nurani.

Filosofi lainnya, kerumitan anyaman ketupat menunjukkan kesalahan manusia dan isi ketupat yang berwarna putih menunjukkan kebersihan atau kesucian hati setelah memaafkan kesalahan orang lain.

Selain itu, nasi putih diartikan sebagai lambang kebahagiaan dan kemakmuran, dengan bentuk persegi yang melambangkan kemenangan Islam saat merayakan Idul Fitri. Bungkus daun yang hijau kekuningan dianggap sebagai penolak bala atau nasib buruk.

Istilah ketupat, dalam bahasa Sunda disebut kupat yang artinya manusia tidak diperbolehkan ‘ngupat’ atau membicarakan hal-hal buruk tentang atau kepada orang lain.

Baca : Nikmati Kelezatan Di Setiap Gigitan Pecel Koyor

Dalam Bahasa Jawa, ketupat mengandung akronim dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Keduanya memiliki arti mengakui kesalahan dan merepresentasikan empat tindakan perayaan lebaran.

Ketika Idul Fitri tiba, memohon maaf atau mengakui kesalahan (ngaku lepat) selalu diimplementasikan dengan sungkeman. Prosesi ini dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua atau anak kepada orang tua.

Tradisi sungkeman ini dilakukan dengan bersimpuh sambil momohon ampun dan mengakui kesalahan satu sama lain. Sikap ini diikuti dengan hati lapang ketika saling memaafkan.

Sementara Laku Papat adalah empat perilaku maaf dan memaafkan yang mengandung filosofi lebar, lebur, luber, dan labur. Lebar bermakna lepas dari kejahatan dan kemaksiatan, sementara lebur berarti lepas dari dosa.

Luber punya makna harapan atas keberkahan, kelimpahan pahala, dan juga rahmat dari Yang Maha Kuasa. Terakhir, labur mengandung arti bersih atau suci.

Sebagai hidangan pendamping, ketupat yang biasanya disantap bersama opor, rendang, atau gulai. Makanan tersebut didominasi oleh santan yang juga memiliki filosofi khusus dalam Jawa.

Oleh orang Jawa, santan disebut santen, yakni pangapunten atau meminta maaf. Maka, tindakan yang dicerminkan dalam pemaknaan ketupat tadi diiringi dengan permintaan maaf yang menandakan kebersihan dan kesucian. Setelah mohon ampun dari segala kesalahan, orang-orang di momen Lebaran diharapkan kembali ke awal.*

Baca pula : Segut Mangut Lele

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!