Pancar.id – Guna menahan laju perubahan iklim, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan pemerintah untuk segera melakukan langkah mitigasi secara komprehensif dan terukur.
Pasalnya, apabila situasi saat ini terus dibiarkan, maka kenaikan suhu di seluruh pulau utama di Indonesia bisa mencapai 4 derajat celcius pada tahun 2100. Kenaikan tersebut tentunya merupakan empat kali dibandingkan zaman pra industri.
Akibat kenaikan suhu ini juga, puncak Jaya Wijaya di Papua yang pada tahun 2020 memiliki ketebalan es 31,49 meter dan di tahun 2025 mendatang diperkirakan es tersebut akan hilang sepenuhnya.
“Mitigasi harus segera dilakukan dan tidak bisa ditunda-tunda lagi. Karena, situasi kekinian juga sudah sangat mengkhawatirkan. Contohnya, Siklon Seroja yang terjadi di NTT tahun lalu, semestinya siklon tersebut tidak terjadi di wilayah tersebut, tapi siklon itu muncul akibat perubahan iklim,” kata Dwikorita saat menghadiri Seminar Dinamika Atmosfer Regional Provinsi Utara dalam rangka peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-72, Selasa 12 April 2022.
Dwikorita juga mengatakan, peningkatan suhu tersebut tentunya akan memicu terjadinya cuaca ekstrem dan anomali iklim yang semakin sering. Bahkan intensitasnya pun semakin kuat dengan durasi panjang.
“Kondisi tersebut, tentu akan mengakibatkan kerugian bagi Indonesia yang tidak hanya bersifat materil seperti infrastruktur saja, namun juga bisa menimbulkan korban jiwa,” ucapnya.
Baca : Jejak Ayam dari Hewan Kultural Hingga Mistisisme Masyarakat Jawa
Dwikorita menuturkan, oleh karena itu jangan merasa heran apabila saat musim kemarau juga terjadi hujan dan banjir, atau musim kemarau akan terasa lebih panas dan kering. Begitu juga saat musim hujan yang jauh lebih lebat sehingga memicu bencana hidrometeorologi.
“Bencana hidrometeorologi di Indonesia itu bisa meningkat dan menjadi bencana terbesar dengan persentase 95 persen. Tercatat selama tahun 2021, bencana di Indonesia mencapai 5.402 kasus yang notabene merupakan sebagai dampak perubahan iklim global,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Dwikorita pun menegaskan bahwa pemerintah bersama semua elemen masyarakat harus bekerjasama dan bergotong royong dalam melakukan aksi mitigasi.
“Hal ini bisa dilakukan di mulai dari penghematan listrik, air, pengelolaan sampah, pengurangan energi fosil dan menggantinya dengan kendaraan listrik, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, restorasi mangrove, dan lain sebagainya,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Sumatera Utara, Edy Rachmayadi menuturkan bahwa mitigasi bencana tersebut merupakan urusan bersama mulai dari pemerintah, dunia usaha hingga masyarakat.
“Bencana merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup dan masa depan kesejahteraan anak bangsa, oleh karena itu harus diurus bersama,” tutur Edy.*
Baca pula : Delegasi RI Tegaskan Reog Tak Didaftarkan Malaysia ke UNESCO