Pancar.id – Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga, mengungkapkan bahwa perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dan Korea Selatan memiliki dampak yang luas, baik dalam memperdalam kolaborasi ekonomi maupun memperkuat hubungan diplomatik kedua negara.
Perjanjian perdagangan tersebut meliputi beberapa kesepakatan utama, yaitu Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK CEPA), ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFTA), dan Regional Comprehensive Economic Partnership Agreement (RCEP).
Kesepakatan-kesepakatan ini melibatkan sektor-sektor penting seperti pertanian, industri, tekstil, elektronik, dan jasa. Dengan adanya perjanjian ini, peluang perdagangan dan investasi antara Indonesia dan Korea Selatan diharapkan akan meningkat secara signifikan, berkat penghapusan tarif dan pengurangan hambatan perdagangan.
Jerry Sambuaga menyampaikan hal ini dalam Team Korea-Indonesia Economic Partnership Forum yang diselenggarakan di Hotel St. Regis Jakarta pada Rabu, 28 Agustus 2024.
Forum tersebut, yang diorganisir oleh Korean Chamber of Commerce and Industry in Indonesia, mengusung tema “Strengthening Partnerships to Promote Korea-Indonesia Trade and Investment.”
“Perjanjian-perjanjian ini diharapkan dapat memperluas peluang perdagangan dan investasi serta mendukung perkembangan bisnis dan industri di kedua negara. Selain memperdalam kolaborasi ekonomi, perjanjian ini juga memperkuat hubungan diplomatik antara Indonesia dan Korea Selatan,” kata Jerry dalam siaran pers yang diterima pada Jumat, 30 Agustus 2024.
Forum ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting, termasuk Menteri Badan Usaha Milik Negara, Erick Thohir; Kuasa Usaha Ad Interim Kedutaan Besar Korea di Indonesia, Park Soo-Deok; Wakil Ketua Umum Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Bernardino M. Vega; serta Ketua Korean Chamber of Commerce and Industry, Lee Kang Hyun.
Dalam forum tersebut, Jerry mengajak Korea Selatan untuk terus berkolaborasi dengan Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai tujuan perdagangan dan investasi yang potensial.
Baca: Menkeu dan DPR RI Sepakati Asumsi Makro APBN 2025
Ia menekankan pentingnya diskusi antara pelaku usaha dari kedua negara untuk membangun koneksi yang dapat memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran bersama.
Jerry mengakui bahwa beberapa pembuat keputusan mungkin menunggu arah kebijakan pemerintahan baru Indonesia, tetapi ia berharap kerja sama antara Indonesia dan Korea Selatan akan terus berlanjut. Forum ini menjadi kesempatan penting untuk berdiskusi, bertukar ide, membangun koneksi, dan membuka jalan bagi kolaborasi yang lebih besar.
Forum ini juga merayakan kemitraan yang telah terjalin selama 50 tahun serta mengeksplorasi peluang baru untuk meningkatkan hubungan ekonomi antara Indonesia dan Korea Selatan.
Meskipun pandemi COVID-19 telah membawa tantangan global, peningkatan perdagangan bilateral antara kedua negara menunjukkan kekuatan kemitraan ekonomi yang kokoh.
Tahun 2023 menandai 50 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan Korea Selatan, dengan Korea Selatan menjadi salah satu mitra strategis Indonesia di bidang investasi dan perdagangan.
Ini sejalan dengan Visi Indonesia Emas 2045 yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, bertujuan untuk mengubah Indonesia dari negara berkembang berbasis komoditas menjadi negara maju dengan industri bernilai tambah.
Sejak 2017, Indonesia telah menjadi salah satu mitra strategis Korea Selatan dalam kerangka Special Strategic Partnership dan New Southern Policy. Pasar Indonesia menarik minat perusahaan Korea Selatan untuk berinvestasi dalam proyek-proyek strategis di berbagai sektor, termasuk infrastruktur, energi hijau, perawatan kesehatan, teknologi digital, dan industri makanan.
Menurut laporan Global Economic Prospects oleh World Bank, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat menjadi 2,4 persen pada 2024, dengan negara maju tumbuh 1,2 persen dan negara berkembang 3,9 persen.
Di tengah ketidakpastian dan ketegangan geopolitik, ekonomi Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan positif. Pada kuartal I-2024, ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 persen year-on-year, dan diperkirakan akan tetap kuat dalam kisaran 4,7 hingga 5,5 persen sepanjang tahun 2024.
Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2024 mencatat surplus sebesar USD0,47 miliar, melanjutkan tren surplus neraca perdagangan selama 51 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Meskipun surplus ini lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya, surplus ini masih mencerminkan stabilitas dan kondisi positif perekonomian Indonesia. Optimisme diperlukan agar perdagangan Indonesia terus berkembang dan perekonomian nasional terus membaik.